SOLOPOS.COM - Konggres Budhis (JIBI/Harian Jogja/Gigih M. Hanafi)

Konferensi Wanita Buddhis Internasional diadakan di Jogja.

Harianjogja.com, JOGJA-Konferensi Wanita Buddhis Internasional Sakyadhita ke-14 yang diselenggarakan di Jogja pada 23-30 Juni 2015, diharapkan mampu membawa pesan perdamaian dunia, serta kesetaraan yang proporsional.

Promosi Skuad Sinyo Aliandoe Terbaik, Nyaris Berjumpa Maradona di Piala Dunia 1986

Konferensi Wanita Buddhis Internasilan ini diikuti sekitar 1.000 orang, 525 di antaranya berasal dari berbagai negara. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan banyak hal yang bisa didapatkan dalam konferensi wanita buddhis tersebut, tidak hanya bagi wanita Budhis Indonesia tapi juga dunia.

“Berharap organisasi agama yang digerakan perempuan memberikan kontribusi dalam upaya menciptakan kedamaian dan toleransi,” kata Lukman seusai membuka konferensi tersebut di Bangsal Kepatihan, Selasa (23/6/2015)

Lukman mengatakan kesetaraan gender perlu didukug spiritualitas keagamaan. Menurutnya, semua agama memiliki pesan yang sama dalam kesetaraan gender, bagaimana antara laki-laki dan perempuan berada pada posisi yang proporsional, “Harkat dan martabat perempuan didudukan dalam porsi yang semestinya,” katanya.

Menteri Agama menyatakan, Konferensi Wanita Buddhis Internasional merupakan wujud kepedulian umat budha terhadap isu-isu kesetaraan gender. Karena itu pemerintah melalui Kementrian Agama sangat mendukungnya, dengan memberikan perlindungan dan hak-hak wanita buddhis.

Lukman berharap, Konferensi Wanita Buddhis Internasional sebagai jembatan untuk menyampaikan aspirasi spiritual dan material, dan berperan serta membangun moral bangsa. Karena pemberdayaan perempuan, menurut Lukman, merupakan bagian dari pemberdayaan umat manusia di dunia. “Harapannya tak hanya sumbangsih untuk indonesia tapi juga peradaban manusia di dunia,” harapnya.

Pendiri Sakyaditha, Karma Lekshe Tsomo mengatakan, Konferensi Wanita Buddhis digelar di Indonesia karena Indonesia merupakan negara yang pluralis yang penuh ke damaian sehingga diharapkan pesan konferensi bisa dibawa oleh masing-masing peserta ke berbagai negara.

Menurutnya di Indonesia merupakan rumah serbagai monumen Buddhis yang tertua di Asia, sejak awal abad ke-5. Saat ini masyarakat Buddhis dapat ditemukan di DIY, Jawa Tengah, Sumatera, Lombok dan Bali. “Unsur budaya Buddhis berbaur dengan budaya lokal dan membentuk keindahan,” kata Karma.

Sangha Biksuni Sangha Agung Indonesia , Ayya Nyana Pundarika mengungkapkan, saat ini wanita siap memainkan peran yang lebih besar dalam membentuk dunia yang lebih adil dan damai. Namun, wanita Buddhis sering kali dikesampingkan dalam kepemimpinan agama dan struktur sosial. Pengambil kebijakan belum terbiasa dengan kontribusi wanita Buddhis.

Disisi lain, kata Nyana, ada yang belum peka dengan isu-isu yang lebih besat yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. “Melalui konferensi ini menjadi kesempatan untuk dialog bagaimana kasih sayang dan pengembangan spiritual dapat membantu membentuk dunia lebih adil dan damai,” ucapnya.

Nyana menambahkan, melalui konferensi itu juga diharapkan peserta dapat mengambil pesan perdamaian. Terkait dengan isu kemanusiaan di Myanmar, Nyana menyatakan, pihaknya dari Indonesia sudah membangun komunikasi dengan umat Budha di Myanmar. Ia menegaskan komunikasinya tidak menyentuh wilayah politik di Myanmar. “Saya juga sudah berkunjung ke sana [Myanmar],” tandas Nyana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya