SOLOPOS.COM - Salah satu sudut kompleks Resosialisasi Argorejo yang lebih kondang sebagai Lokalisasi Sunan Kuning, Kota Semarang, Jawa Tengah. (Antara-I.C. Senjaya)

Solopos.com, SEMARANG — Kawasan Sunan Kuning di Semarang, merupakan salah satu bekas lokalisasi terbesar di Jawa Tengah. Sejak Oktober 2019 lalu, lokalisasi tersebut resmi ditutup dan disterilkan dari segala praktik prostitusi.

Pusat bisnis esek-esek di Semarang itu lahir pada 1966. Dalam semalam, omzet bisnis prostitusi di sana mencapai Rp1 miliar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dihimpun dari berbagai sumber, lebih dari 400 orang bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK) di sana. Selain itu ada lebih dari 100 rumah karaoke untuk hiburan para tamu yang datang.

Penutupan lokalisasi Sunan Kuning dilakukan oleh Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, pada 18 Oktober 2019. Hal ini dilakukan sejalan dengan program pemerintah pusat menutup seluruh lokalisasi di Indonesia.

Baca juga: 5 Lokalisasi Terbesar Jateng, 1 di Solo

Pemkot Semarang berencana mengubah kawasan bekas lokalisasi tersebut menjadi pusat kuliner. Pasalnya lokasinya sangat strategis lantaran dekat dengan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang.

Berdasarkan pantauan Solopos.com melalui video di sebuah kanal Youtube, Jumat (17/12/2021), praktik prostitusi di dunia digital semakin marak melalui platform pesan instan MiChat. Melalui platform pesan instan tersebut, para wanita tuna susila (WTS) atau penjaja jasa seks dan calon pelanggannya melakukan negosiasi hingga akhirnya menghasilkan kesepakatan.

Baca juga: Menilik Jejak Prostitusi di Kota Santri Jateng

Prostitusi Online

Mereka juga biasanya melakukan tindakan prostitusi dengan memesan kamar hotel yang sudah disepakati dalam percakapan di aplikasi MiChat tersebut. Ketua Paguyuban Karaoke Argorejo, Rohmad, membenarkan adanya praktek prostitusi di dunia maya tersebut sejak dilakukan penutupan kegiatan prostitusi di Jl. Argorejo yang dekat dengan wisata religi makam Sunan Kuning.

Sebelumnya, saat lokalisasi Argorejo masih berjalan, para WTS yang memberikan jasa seks ini tetap dipantau kesehatannya karena mereka masih dalam sebuah naungan. Namun sejak aktivitas prostitusi di lokalisasi Argorejo ditutup, para WTS tersebut akhirnya menggunakan jalan pintas dengan tetap melakukan pekerjaannya sebagai penjaja seks melalui platform digital secara mandiri sehingga tidak ada pantauan terhadap kondisi kesehatan mereka.

Baca juga: Aturan di Prostitusi Gang Sadar Purwokerto: PSK Wajib Berpakaian Sopan

Rohmad juga mengatakan sejak dilakukan penutupan, area jalan Argorejo bersih dari para PSK Sunan Kuning yang menjajakan jasa seksnya. Kalaupun ada, hanya seglintir saja dan itupun sifatnya terselubung atau tidak dinaungi oleh mucikari secara kolektif. Biasanya mereka menggunakan sistem booking kamar hotel untuk melakukan kegiatan prostitusi.

Rohmad juga menambahkan bahwa hampir 90 persen mantan PSK yang dulunya aktif di lokalisasi Sunan Kuning ini sekarang memilih jalur digital tersebut dan mereka tidak hanya menggunakan sistem booking hotel saja, tapi juga menawarkan pijat++ di beberapa panti pijat dan Spa. Rohmad berharap bahwa pemerintah dapat menyelidiki lebih lanjut terkait kegiatan prostitusi digital yang sedang marak di Semarang pasca ditutupnya lokalisasi Argorejo tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya