SOLOPOS.COM - Aktivitas di Pelabuhan Makassar beberapa waktu lalu. Perekonomian Indonesia saat ini makin menunjukkan pemisahan atau decoupling dari politik, di mana kondisi politik makin tidak memengaruhi kinerja perekonomian. (JIBI/Bisnis Indonesia/Paulus Tandi Bone)

Aktivitas di Pelabuhan Makassar beberapa waktu lalu. Perekonomian Indonesia saat ini makin menunjukkan pemisahan atau decoupling dari politik, di mana kondisi politik makin tidak memengaruhi kinerja perekonomian. (JIBI/Bisnis Indonesia/Paulus Tandi Bone)

Aktivitas di Pelabuhan Makassar beberapa waktu lalu. Perekonomian Indonesia saat ini makin menunjukkan pemisahan atau decoupling dari politik, di mana kondisi politik makin tidak memengaruhi kinerja perekonomian. (JIBI/Bisnis Indonesia/Paulus Tandi Bone)

JAKARTA – Indonesia saat ini dinilai mengalami kecenderungan melemahnya keterkaitan [decoupling] antara kondisi perpolitikan dan perekonomian.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengamat ekonomi politik Faisal Basri mengatakan keterkaitan yang kuat antara ekonomi dan politik kali terakhir terjadi di masa kepemimpinan Presiden B.J. Habibie dan KH.Abdurrahman Wahid (Gus Dur). “Sejak masa Megawati terjadi penurunan keterkaitan ekonomi dan politik hingga sekarang terjadi decoupling,” katanya.

Secara khusus, dia menyoroti keterkaitan ekonomi dan politik saat ini. Dia mencontohkan kondisi decoupling, terlihat pada peringatan Hari Buruh (Mayday) pada 1 Mei lalu. Pada saat itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru mencetak rekor baru di level 5.060,92. Kemudian, investasi portofolio juga menunjukkan tren yang meningkat.

Selain itu, pasar surat utang negara (SUN) saat ini dinilai masih bagus dengan tingkat imbal hasil [yield] yang masih rendah. Dia juga menyoroti pertumbuhan kunjungan turis yang menunjukkan tren meningkat.

“Biasanya kalau politik gonjang-ganjing, turis turun, sekarang naik terus. Hanya 1 bulan dalam 5 tahun terakhir turun secara year-on-year,” katanya.

Di sisi investasi, Faisal berpendapat investor asing masih memandang Indonesia sebagai daerah tujuan investasi yang menarik. Dia mencontohkan di mata investor Jepang, Indonesia menempati urutan keempat sebagai daerah tujuan investasi, mengalahkan Thailand dan Malaysia.

Dia menuturkan asing menilai Indonesia masih memiliki ruang gerak yang luas untuk ekspansi investasi, dengan alasan seperti jumlah penduduk usia muda yang besar dan pertumbuhan kelas menengah yang baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya