SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p>Solopos.com, KLATEN–Kondisi Kali Ngawonggo, anak Kali Dengkeng, dipetakan melalui susur sungai sepanjang 15 kilometer (Km), Kamis (5/4/2018). Susur sungai melibatkan 150 sukarelawan dari berbagai instansi dan komunitas peduli sungai.</p><p>Susur sungai bermula di Desa Klepu, Kecamatan Ceper, dan berakhir di muara Kali Dengkeng, Kecamatan Juwiring. Penyusuran dibagi ke dalam lima kelompok yakni kelompok I ruas mulai dari Desa Klepu – Jembatan Kuning sejauh 2,9 km. Lalu, kelompok II ruas jembatan kuning – jembatan Kaligawe sejauh 2,51 km, kelompok III ruas jembatan Kaligawe – jembatan biru sepanjang 3,54 km, kelompok IV ruas jembatan biru – jembatan Karangtalun sepanjang 3,16 km, dan kelompok V ruas jembatan Karangtalun – muara Kali Dengkeng sejauh 3,13 km.</p><p>Kepala Bidang Pelaksana Jaringan Sumber Air Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), Heriantono Waluyadi, mengatakan Kali Ngawonggo dipilih sebagai sampling melanjutkan susur sungai tahun lalu di Kali Dengkeng. Upaya itu sejalan dengan pengelolaan kali oleh BBWSBS dimulai dari hulu ke muara di Sungai Bengawan Solo. "Kami ingin menumbuhkan partisipasi masyarakat mulai dari hulu, tengah, dan hilir sungai," kata dia, saat ditemui wartawan di sela-sela acara di Taman Tapak Bomo, Dukuh Krenekan, Desa Klepu, Kecamatan Ceper, Klaten, Jawa Tengah, Kamis.</p><p>Menurut Heri, Kali Ngawonggo merupakan anak Kali Dengkeng yang debitnya membesar saat musim hujan dan kadang meluap. Upaya mitigasi dilakukan tidak hanya secara fisik seperti normalisasi sungai atau bikin talut, tapi juga nonfisik dengan melibatkan partisipasi masyarakat untuk ikut merawat sungai.</p><p>Ia berharap Kali Ngawonggo bisa bersih dan terbebas dari sampah dan limbah. Sungai dikembalikan kepada fungsi aslinya sebagai jalan air. Dari susur sungai itu akan dipetakan mana lokasi yang rusak, lokasi potensi rusak, hingga lokasi-lokasi sampah berada. Hasil pemetaan digunakan sebagai acuan rencana operasi tahun depan. Lokasi yang rawan, rusak, termasuk bangunan yang menjorok ke sungai bisa dilakukan perbaikan atau penataan. Penataan melibatkan masyarakat dan Pemerintah Daerah bukan hanya BBWSBS.</p><p>"Informasi dari pemetaan ini tidak hanya didapat oleh pemerintah tapi masyarakat yang terlibat. Masyarakat diajak memahami bagaimana sungai yang baik, mana yang rusak atau jika hujan ruas mana yang bakal terganggu, dan lainnya. Masyarakat dan komunitas peduli sungai bisa saling berbagi informasi dengan pemerintah dan stakholder lain dengan berjalan bersama di sepanjang sungai."</p><p>Kepala Dusun III Desa Klepu, Widoyo, menuturkan Kali Ngawonggo direncanakan dikelola sebagai wisata air dengan naik perahu sejauh 800 meter ke arah hilir dari Krenekan. Pengelolaan wisata dikelola oleh Pemerintah Desa Klepu dengan mengajak Pemerintah Desa Ngawonggo. Tahun ini, Desa Klepu menganggarkan Rp100 juta untuk memulai penataan dilanjutkan pada 2018 dengan alokasi anggaran Rp250 juta – Rp300 juta.</p><p>"Wilayahnya mana saja akan digarap menunggu hasil pemetaan susur sungai hari ini," kata dia.</p><p>Ia menjelaskan upaya konservasi sungai terus digelar dengan sosialisasi kepada warga agar tidak membuang limbah dan buang air besar sembarangan ke sungai. Setiap tahun, Kali Ngawonggo juga menerima penebaran benih 10.000 – 20.000 ekor ikan dari Pemkab Klaten.</p><p>Sekretaris Daerah Klaten, Jaka Sawaldi, menerangkan Pemkab sedang menyusun rancangan peraturan daerah (raperda) tentang restorasi sungai. Dalam perda itu diatur tentang larangan dan perintah pengelolaan sungai hingga sanksi misalnya jika ada yang membuang sampah ke sungai. Saat ini raperda itu masih dalam penyusunan naskah akademik melibatkan sejumlah akademisi.</p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya