Solopos.com, SOLO — Menyebut kata omlet maka yang terbayang makanan yang terbuat dari telur bercampur dengan beragam makanan lain, seperti sosis, daging cincang, sayuran dan campuran lainnya.
Kendati merupakan makanan yang isinya campur-campur namun rasanya tetap enak dan tentu saja banyak yang suka. Lantas bagaimana jika omlet yang mirip pengucapannya dengan omelet, menjadi nama sebuah komunitas?
Apakah sesuai isinya memang campuran berbagai bahan makanan atau hanya sekadar nama komunitas yang mudah diingat? Ternyata sesuai namanya, komunitas otomotif Omlet’z Solo memang anggotanya campur-campur.
Menurut Ketua Omlet’z Solo, David Eka Pradana, anggota komunitas otomotif tersebut memang campur-campur. Maksudnya, mobil yang dimiliki anggota tidak sama merknya.
“Jadi komunitas ini [Omlet’z Solo] tidak mengkhususkan pada mobil merk tertentu untuk bisa jadi anggota. Silahkan yang mau gabung bisa ikut nongkrong bareng,” terang David ketika ditemui Solopos.com, di kedai susu Shi Jack, Gading, Solo, belum lama ini.
Bersama anggota Omlet’z Solo lainnya, David menjelaskan, karena campur-campur maka mobil yang dimiliki anggotanya pun beragam merk. Bahkan tahun pembuatannya pun juga bervariasi.
“Memang kebanyakan mobil milik anggota komunitas otomotif ini jenisnya sedan namun ada juga yang SUV maupun MPV. Itulah uniknya komunitas kami, memang campur-campur,” paparnya didampingi Petra, wakil ketua Omlet’z Solo.
Keragaman itu pun tidak hanya pada merk dan model dan jenis mobilnya. Menurut Petra, keragaman itu juga ada pada latar belakang pendidikan dan pekerjaan dari anggota Omlet’z Solo.
“Ada yang masih pelajar, mahasiswa, namun ada juga yang sudah jadi pekerja swasta, dosen dan lainnya,” ungkapnya.
Tetap Rukun
Tentu ada yang kemudian berpikir bahwa jika sebuah komunitas otomotif anggotanya beragam termasuk kendaraan yang dimilikinya tidak setipe atau satu merk, tentu mudah terjadi perselisihan.
Jawabannya, menurut penasihat Omlet’z Solo, Bayu, buang jauh-jauh pikiran tersebut, karena kenyataannya anggota komunitas otomotif Omlet’z Solo, tetap rukun meski campur-campur. Kerukunan itu tergambar ketika mereka nongkrong bareng, di lokasi tetap mereka kompleks Manahan Solo, canda tawa pasti selalu hadir.
“Bahkan kami sudah seperti saudara, dari awalnya tidak kenal kemudian nongkrong bareng, rukun hingga akhirnya sudah seperti saudara,” tambah David.
Karena sudah seperti saudara, sambungnya, maka seluruh anggota komunitas mengedepankan kebersamaan dalam setiap langkah atau kegiatan Omlet’z Solo. Kalau pun ada sedikit gesekan, itu wajar dan biasanya cepat diselesaikan.
“Karena kami semua menyadari, bahwa menjadi anggota Omlet’z Solo mengedepankan kebersamaa dan persaudaraan. Apa pun yang terjadi pasti kita cari solusi yang terbaik,” tutur David.