SOLOPOS.COM - Para pengurus Nalitari berfoto saat berkunjung ke Harian Jogja, Selasa (10/10/2017). (Harian Jogja/ Nina Atmasari)

Komunitas Nalitari akan menyelenggarakan pentas mandiri bertajuk Panca Kandha-Bagian Pertama

 

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Harianjogja.com, JOGJA- Komunitas Nalitari akan menyelenggarakan pentas mandiri bertajuk Panca Kandha-Bagian Pertama. Pentas ini akan ditampilkan oleh anggota dari berbagai latar belakang termasuk penyandang disabilitas.

Hal itu terungkap dalam audiensi sejumlah pengurus Nalitari ke Griya Harian Jogja, Selasa (10/10/2017). Mereka yakni Tiara Brahmani (General Manager), Desyana Wulani Putri (Art Director), Lusi Insiati (penari) dan Sri Rejeki Ekasasi (Sie Publikasi Acara).

Tiara mengungkapkan pentas ini akan menyuguhkan lima repertoar tarian, yakni Kayu, Agni, Bayu, Slintru dan Exchange. “Kelimanya merupakan bagian dari Panca Kandha, lima unsur kehidupan. Dalam kehidupan itu, kelimanya selalu ada dan mempunyai peran masing-masing,” katanya.

Jenis tarian mereka adalah kontemporer improvisasi. Para penari yang terdiri dari berbagai kalangan termasuk difable dibebaskan melakukan improvisasi gerakan tarian. Tidak ada pakem dalam tarian mereka. Gerakan akan mengalir sesuai kemampuan dan kondisi penari masing-masing.

Repertoar karya Nurul Jamilatul Khasanah ini akan melibatkan 32 penari dengan berbagai kemampuan serta disiplin ilmu untuk bereksplorasi dan berkolaborasi bersama. Pentasan ini merupakan ketiga kalinya sejak komunitas Nalitari berdiri pada 2013.

Tiara menambahkan Nalitari merupakan komunitas inklusi di Jogja, yang lahir demgan filosofi sederhana bahwa semua orang bisa menari.

“Berbasis konsep tarian inklusivitas, kami hadir di tengah masyarakat, menjadi media komunikasi dan ruang pembelajaran bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya serta merepresentasikan ide-ide kesetaraan melalui tarian kepada masyarakat luas,” tuturnya.

Sri Rejeki Ekasasi menambahkan pentas akan digelar di LIP Sagan pada Kamis (12/10/2017) pukul 18.30 WIB. Penonton terbatas dan tiket yang mereka sediakan sudah habis. “Kami tak menyangka antusias penonton tinggi, mereka dari berbagai kalangan seperti difable, akademisi, seniman hingga pemerhati seni,” katanya.

Redaktur Harian Jogja, Nugroho Nurcahyo yang menyambut kedatangan mereka mengatakan Harian Jogja ikut mendukung upaya peningkatan kreativitas difable dengan memberikan ruang publikasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya