Karena wiyata bhaktinya sudah tergolong lama, Lady Cempluk, seorang guru bantu di salah satu sekolah dasar di Desa Manang Sukoharjo mendapat kesempatan untuk sertifikasi sebagai CPNS.
Dan untuk menunjang hal itu, Cempluk diharuskan membuat laporan uji kelayakan yang harus dikerjakan dengan komputer. Karena Cempluk belum punya komputer, ia pun pinjam komputer milik Tom Gembus, kerabatnya.
Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren
Sejak pagi, Cempluk mempeng mengetik di rumah Tom Gembus. Tak terasa hari hampir Zuhur. Tampak Tom Gembus bersiap untuk pergi ke masjid.
”Mbak, komputer ini ada program shollu-nya. Kalau sudah masuk waktu salat, komputer ini akan mati secara otomatis. Lebih baik di save dulu saja semua data yang sudah diketik,” saran Gembus pada Cempluk sambil beranjak menuju masjid.
Benar juga. Selang beberapa menit kemudian tiba-tiba komputer itu mati sendiri.
”Wadhuh, mati tenan iki. Tak tinggal salat sik ah,” batin Cempluk memutuskan untuk salat dulu di ruang tamu.
Selesai salat, komputer belum juga menyala. Cempluk cemas karena sudah hampir pukul 13.00 WIB.
Tak lama kemudian Gembus pulang dari masjid. Dia tampak heran melihat Cempluk malah leha-leha di kursi.
”Lho, sudah selesai ta Mbak? Kok malah leyeh-leyeh?” tanya Gembus.
”Ya belum. Lha komputer ini salatnya lama banget sih. Tak tunggu dari tadi kok nggak nyala-nyala. Berapa lama sih salatnya komputer ini?” tanya Cempluk dengan polosnya.
”Oalah Mbak… Mbak. Setelah tadi mati secara otomatis, njenengan bisa menghidupkannya lagi dengan memencet tombol power… Lagi pula mana ada komputer kok salat?” jawab Gembus kemekelen.
”Wooo, gitu ta? Asem tenan-i, tiwas tak enteni suwe…” ujar Cempluk kisinan.
Kiriman Eko Pri M, Jl Pankreas 106, Manang RT 02/II, Grogol, Sukoharjo.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
