SOLOPOS.COM - Polisi menunjukkan kelima tersangka kejahatan jalanan yang menewaskan seorang remaja di Jalan Gedongkuning, Kotagede, Jogja beberapa waktu lalu. Para tersangka dihadirkan di Mapolda DIY DIY, Senin (11/4/2022)-Harian Jogja - Lugas Subarkah

Solopos.com, BANTUL — Kasus dugaan salah tangkap pelaku klitih Gedongkuning, Kota Jogja, kini tengah bergulir di Mahkamah Agung. Orang tua para terdakwa klitih itu menceritakan bagaimana polisi yang menangani kasus tersebut menyiksa anak-anak mereka dan merekayasa kasus ini.

Para orang tua terdakwa ini meminta Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) untuk turun tangan mengawal dugaan penyiksaan yang dilakukan penyidik Polda Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap para terdakwa. Jumlah polisi yang diduga terlibat menyiksa para terdakwa disinyalir lebih dari empat orang sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Polda DIY.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada 21 Maret 2023, Polda DIY telah melaksanakan sidang disiplin pertama dengan agenda pemeriksaan saksi pelapor. Salah satu orang tua terdakwa dimintai keterangan dalam sidang itu.

Total ada empat oknum polisi yang diduga terlibat dalam aksi penyiksaan kepada para terdakwa dan terancam dikenai sanksi etik bahkan pidana penjara. Orang tua terdakwa mengklaim ada lebih dari empat orang yang terlibat dalam penyiksaan itu.

“Satu orang anak itu bisa disiksa oleh lima sampai delapan orang polisi,” kata Subadriah, ibu dari terdakwa Hanif Aqil Amrulloh, Selasa (28/3/2023) di kantor SMI, Banguntapan, Bantul.

Dalam sidang disiplin pertama pada 21 Maret lalu, Subadriah menjadi saksi. Ia menceritakan bukti-bukti yang dimilikinya berkaitan dengan dugaan penyiksaan aparat kepolisian terhadap para terdakwa. Terdakwa disiksa agar mengaku telah melakukan tindak pidana terhadap korban Daffa Adzin Albasith yang terkena sabetan gir dan akhirnya meninggal dunia.

“Waktu itu ada dua orang yang disidang dan mereka memang benar yang menyiksa anak saya. Buktinya dari perbincangan di telepon dan saat konferensi pers ungkap kasus yang digelar Polda DIY wajah terdakwa masih babak belur,” katanya.

Andiani, ibu dari terdakwa Andi Muhammad Husein menyatakan, upaya orang tua korban dalam memperjuangkan keadilan bagi anak mereka sudah ditempuh lewat berbagai cara.

Pihaknya telah menemui Komnas HAM dan Kompolnas untuk mengadukan dugaan rekayasa kasus dan penyiksaan yang dialami para terdakwa dalam kasus klitih Gedongkuning tersebut.

“Kami mendesak agar polisi yang terbukti bersalah melakukan tindakan penganiayaan tidak hanya dikenai sanksi etik namun juga pidana. Atasan efektif juga harus diperiksa sejauh mana keterlibatan mereka dalam dugaan penyiksaan itu,” katanya.

Kuasa hukum terdakwa dari Pusat Konsultasi Bantuan Hukum (PKBH) FH UGM Yuni Iswantoro mengatakan, sekarang kasus tersebut masuk ke tahap Kasasi setelah upaya banding di Pengadilan Tinggi DIY ditolak beberapa waktu lalu.

“Prosesnya sekarang masih ada di Mahkamah Agung [MA], kita juga dampingi sidang etik polisi yang sudah disidang beberapa waktu lalu,” katanya.

Kasubbid Penmas Bidhumas Polda DIY AKBP Verena Sri Wahyuningsih mengatakan, sidang perdana terkait dengan dugaan pelanggaran kode etik dalam proses penyelidikan pada kasus klitih Gedongkuning sudah dilakukan beberapa waktu lalu. Pihaknya mengaku akan terus melakukan pemeriksaan terhadap oknum anggota yang diduga terlibat dalam aksi penganiayaan kepada para terdakwa.

“Tanggal 21 Maret 2023 sudah dilaksanakan sidang disiplin pertama dengan pemeriksaan saksi pelapor, tentunya penentuan berapa terduga pelanggar sesuai fakta hukum penyidik disiplin,” kata Verena.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Orang Tua Klaim Punya Bukti Polisi Menyiksa Terdakwa Klitih Gedongkuning

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya