SOLOPOS.COM - Seorang warga melintas di halaman Sentra Kuliner Sragen di Jl RA Kartini Sragen, Minggu (15/5/2021). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN -- Aneka makanan khas Bumi Sukowati dijajakan di Sentra Kuliner Veteran Brigjen Katamso yang berlokasi di pertemuan Jl Veteran dengan Jl RA Kartini Sragen.

Pusat kuliner itu awalnya merupakan bangunan kantor Pancamarga dan sekolahan yang sudah tidak terpakai. Lokasi itu kemudian disulap menjadi sentra kuliner khas Sragen, seperti satai ayam Bagong, Tumpang Mbok Jami, mi ayam Petruk, Soto Gimo/Girin, tengkleng sapi, sop, dan kuliner lainnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Situasi pandemi Covid-19 ini belum normal sehingga aktivitas pengunjung belum maksimal. Meskipun belum normal, alhamdulillah tengkleng sapi di warung saya bisa habis sampai 6 kg. Ya, lumayan lah,” ujar Ketua Koperasi Sukowati Berdikari Bersama Sragen, Indarjo, saat dihubungi Solopos.com, Minggu (16/5/2021).

Baca juga: Laris Manis! Penthol Portugal Sragen Jadi Jajanan Favorit Pemudik

Untuk diketahui, dua ikon kuliner baru muncul di Jalan RA Kartini yang membentang sejauh 4 km mulai dari wilayah Pelemgadung, Karangmalang, sampai Mojo, Sragen Kulon, Sragen Kota. Jalur itu juga dikenal sebagai jalur ring road untuk kendaraan berat dan bus dari arah Jawa Timur menuju ke arah Solo, Gemolong, dan Grobogan.

Selain Sentra Kuliner Veteran Brigjen Katamso, ikon kuliner kedua berada sekitar 50 meter arah barat dari sentra kuliner yakni pusat PKL Taman Kartini Sragen. Kendati situasi pandemi, pengunjung pusat PKL Taman Kartini ini cukup ramai.

“Upaya peningkatan ekonomi yang dilakukan pemerintah itu terbukti” ujar Penasihat Paguyuban Pedagang Selter Kartini (Gang Sekar) Sragen, Andang Basuki.

Baca juga: Libur Lebaran, 3.992 Unit Antigen Sasar Pemudik dan Kontak Erat di Sragen

Andang melihat prospek PKL tersebut bagus ke depannya karena mayoritas PKL menjual makanan ringan dengan harga terjangkau dan tempat yang nyaman bagi tempat tongkrongan anak-anak muda.

Omzet Pedagang

Andang pun melihat situasi pandemi membatasi ruang gerak untuk berkreasi agar pengunjung banyak yang berdatangan ke lokasi ikon kuliner Sragen itu.

“Selama ini paling musik akustik bagi anak-anak muda. Pada situasi biasa pedagang bisa mendapat omzet Rp400.000-Rp600.000/pedagang/hari. Saat Sabtu malam, omzet naik ada yang tembus Rp1 juta per hari,” jelasnya.

Baca juga: Panutan! Sukidi Anak Petani Sragen yang Kini Doktor Lulusan Harvard

Pelaksana Tugas Asisten I Setda Sragen, Tugiyono, menjelaskan adanya dua sentra kuliner yang menjadi ikon itu merupakan upaya pemerintah daerah untuk menata kawasan perkotaan agar bersih dan sehat, terutama para pedagang kaki lima (PKL) yang selama ini tersebar.

Seperti halnya di Jl Diponegoro Sragen, aktivitas ekonomi Jl RA Kartini akan mengeliat berdasarkan antusiasme pengunjung.

“Agar ekonomi baik, kesehatan pun harus baik. Ini artinya, fokus utama pemerintah dalam penanganan pandemi ialah kesehatan dan keselamatan masyarakat,” kelasnya.

Sri Pambudi menyampaikan pengunjung dua pusat ekonomi itu terlihat naik dan terus menggeliat, meskipun tidak begitu tinggi persentasenya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya