SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

WONOSARI—Lima perwakilan guru dan sembilan perwakilan siswa SMA Negeri 1 Wonosari mendatangi gedung DPRD Gunungkidul. Mereka menuntut kepala sekolah mereka, Tamsir, dicopot dari jabatannya, hari ini.

“Kami membutuhkan pimpinan sekolah yang profesional, akomodatif, aspiratif dan visioner agar anak didik belajar dalam atmosfir yang kondusif, berproses dalam suasana yang sehat dan terhindar dari doktrin-doktrin yang membelenggu,” kata Kusrini juru bicara perwakilan guru SMAN 1 Wonosari yang berstatus RSBI itu dihadapan anggota dewan Gunungkidul.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selian Kusrini, guru lain yang ikut dalm aksi itu adalah Suwarno, Mulyanto, Endah dan Hari Saputro. Para guru dan  perwakilan siswa ini kemudian membeberkan sistem kepemimpinan kepsek yang dinilai tidak pantas untuk perbaikan kemajuan dan mutu sekolah.

Menurut mereka kebijakan kepsek selama ini hanya menjadikan sekolah sebagai instisusi pelaksana teknis. Bukan sebagai unit pembelajaran sekaligus peningkatan kualitas pelayanan didalamnya.

Kusrini secara gamblang juga menjelaskan selama ini yang terjadi di SMAN 1 Wonosari hanyalah poltik pencitraan dan pembohongan publik.

Menurut dia, langkah menghadap dewan kali ini sebagai upaya terkahir. Pasalnya sebelumnya, mereka sudah menghadap Inspektorat dan BKD mengadukan masalah yang sama. Bahkan sampai ke bupati, namun tidak ada respons.

Sementara itu Ketua DPRD Gunungkidul Ratno Pintoyo mengatakan masalah tersebut perlu segera dicari penyelesaiannya.  Agar tidak sampai mengganggu kegiatan belajar mengajar pada awal tahun ajaran yang hampir dimulai.

“Kami akan tindaklanjuti. Memang sepantasnya ini harus segera dicari jalan keluar agar SMA favorit di Gunungkidul ini tak merembet pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,” ujar Ratno.

Terpisah Kepala Sekolah SMAN 1 Wonosari Tamsir tidak merasa terkejut mendengar aksi yang dilakukan anak buah dan siswanya itu.

Tamsir menilai langkah beberapa guru tersebut berbahaya bagi nasib siswa dan kegiatan belajar kedepan. Apalagi menurut dia guru-guru yang protes tidak semua paham apa itu RSBI.

“Ini awalnya dipicu karena ketidakpahaman mengenai apa yang sedang saya lakukan untuk SMA kebanggaan Gunungkidul,” kata Tamsir kepada Harian Jogja, Rabu (6/7).

Tamsir mengendus aksi para guru yang memberontak berawal dari berkurangnya jam mengajar. Sehingga praktis tidak bisa memenuhi kewajiban 24 jam mengajar.

Dia juga menilai selama ini guru guru tersebut kurang bersaing dalam hal kemampuan dengan sejumlah guru yang lain.

Sementara pihaknya harus selektif dan cermat untuk mengatur sistem pembelajaran RSBI yang ketat untuk meningkatkanprestasi siswa.

“Jadi awalnya itu saja. Lantas, dari situ dicari-cari masalah baru yang lain. Dikait-kait masalah lain. Ini jelas bahaya karena sudah mendoktrin sampai ke tingkat para siswa,” papar Tamsir nampak tenang.(Harian Jogja/Endro Guntoro)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya