SOLOPOS.COM - Kakao (Ilustrasi/dok)

Ilustrasi/dok

KULONPROGO—Lahan tanaman kakao di wilayah Kecamatan Kalibawang terus berkurang karena banyak tanaman yang mati. Pemerintah kecamatan berupaya menambah tegakan pohon melalui berbagai program.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Penyuluh Perkebunan Kecamatan Samigaluh, Rujito, mengungkapkan jumlah tegakan tanaman kakao terus berkurang meski tidak bisa memastikan jumlah saat ini. “Data lama tanaman kakao di Kalibawang ada 800 hektare  tapi terus berkurang. Jumlah pastinya kami kesulitan mendata karena terus berubah,” ungkapnya, Selasa (19/2/2013).

Kalibawang, kata Rujiot, menjadi salah satu dari empat kecamatan sentra tanaman kakao, selain Samigaluh, Girimulyo dan Kokap. Namun, berdasarkan pendataan di sejumlah dusun, ditemuinya luasan tanaman berkurang.

Ia mencontohkan di Dusun Banjaran, Desa Banjaroya yang semula seluas 22 hektare kini hanya tersisa 10 hektare sedangkan di Slanden semula sembilan hektare kini hanya lima hektare. Penurunan luasan tanaman kakao terjadi akibat hujan abu hasil erupsi Gunung Merapi pada 2010 dan usia pohon yang sudah tua.

Rujito menyebutkan penanaman massal kakao di Kalibawang dilakukan mulai 1991 melalui gerakan nasional Gernas, yang disusul program serupa pada 2010. Kondisi tanaman pertama telah tua dan produktivitasnya mulai berkurang. Tanaman kakao di wilayah ini, ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain seperti cengkih, kopi, bahkan albasia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya