SOLOPOS.COM - Pedagang beras di Pasar Kota Wonogiri, Yusuf, melayani konsumen, belum lama ini. Harga beras medium di pasar tersebut Rp11.500/kg-Rp12.500/kg. (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Bupati Wonogiri menilai operasi pasar beras yang digelar di Wonogiri tak terserap maksimal karena kualitasnya di bawah standar.

Solopos.com, WONOGIRI — Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, menilai hasil operasi pasar (OP) beras yang digelar oleh tim gabungan gabungan beberapa waktu lalu tak sesuai harapan. Bupati berpandangan hal itu karena kualitas beras yang dijual di bawah standar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat ditemui wartawan di rumah dinasnya, Jumat (10/2/2018), Bupati menyampaikan berdasar laporan yang dia terima serapan beras saat OP di sejumlah pasar tradisional di Kota Sukses sangat minim. Dia mencontohkan di salah satu pasar saat OP tim membawa 7 ton beras tapi hanya terserap 421 kg.

Menurut Bupati, minimnya serapan itu mengindikasikan ada masalah. Setelah dirunut rupanya permasalahan ada pada kualitas beras. Bupati yang akrab disapa Jekek itu menyebut kualitas beras yang dijual kepada warga di bawah standar. Kondisi itu membuat OP tak efektif.

“Karena itu warga enggan membeli beras yang dijual saat OP. Ini saya ketahui setelah saya memanggil Dinas Perdagangan [Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan atau Dinkop UKM Perindag] untuk melaporkan hasilnya, tadi [Jumat],” kata Bupati.

Disinggung ihwal impor beras yang akan dilakukan pemerintah, Jekek menyebut Wonogiri tak membutuhkan beras impor. Menurut dia, stok beras dan bahan pangan lainnya di dalam daerah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Terlebih, produksi padi di Wonogiri melimpah. Hanya, dia tak memerinci berapa stok dan produksi padi yang dimaksudnya.

Data yang diperoleh Solopos.com dari Dinas Pertanian dan Pangan (DPP), produksi pangan Januari-Agustus 2017, yakni padi, jagung, singkong, dan kacang tanah surplus. Padi surplus 159.781 ton, jagung surplus 210.623 ton, kacang tanah surplus 23.635 ton, dan singkong surplus 10.523 ton. Ketersediaan daging sapi juga surplus 828 ton.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, OP digelar tim gabungan Gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Ngadirojo bersama mitra Bulog, dan Polres Wonogiri selama tiga hari di sembilan pasar, Januari lalu. Pada hari pertama OP digelar di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Baturetno, dan Pasar Pracimantoro.

Hari kedua di Girimarto, Slogohimo, dan Bulukerto. Hari terakhir di Ngadirojo, Sidoharjo, dan Eromoko. Beras dijual seharga Rp9.350/kg atau di bawah harga eceran tertinggi (HET) beras medium yang ditetapkan Menteri Perdagangan senilai Rp9.450/kg.

Kepala Gudang Bulog Ngadirojo, Ari Saputra, mengatakan menyediakan 120 ton untuk OP dan terserap 90 ton. OP digelar setelah harga beras di pasaran mulai naik. Kala itu beras medium dijual rata-rata Rp11.000/kg-Rp12.000/kg.

Harga itu masih bertahan hingga Minggu Sabtu (10/2/2018). Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Purwantoro, Panut, menginformasikan harga beras medium mencapai Rp12.000/kg atau naik Rp2.000/kg dari hari sebelumnya. OP itu untuk meningkatkan suplai beras ke masyarakat sehingga masyarakat memiliki stok beras yang cukup. Dengan begitu diharapkan harga di pasar dapat turun.

Terpisah, Kepala Bidang Perdagangan Dinkop UKM Perindag Wonogiri, Wahyu Widayati, tak memungkiri beras yang dijual saat OP kualitasnya di bawah medium. Dia mengaku menemukan fakta lain saat OP.

Selain alasan kualitas beras, warga dan pedagang enggan membeli beras OP karena mengaku masih memiliki stok yang banyak di rumah. Kondisi itu mengindikasikan harga beras di pasar naik ada kemungkinan bukan karena ketersediaan yang minim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya