SOLOPOS.COM - Seorang pramusaji, Wulansari, menata sambal dan menu makanan pesanan pelanggan di Kedai Sambal di Solo Grand Mall (SGM), Kamis (9/2/2017). (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Komoditas pangan, sejumlah restoran di Solo mengurangi margin keuntungan akibat tingginya harga cabai.

Solopos.com, SOLO — Harum aroma masakan tercium dari dalam dapur Kedai Sambal di Solo Grand Mall (SGM) Solo, Kamis (9/2/2017). Seorang karyawan sibuk di depan perapian.

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

Dia menggoreng daging ayam di wajan penuh minyak goreng panas. Sementara karyawati lain menyiapkan lalapan seperti kubis dan mentimun.

Setelah itu, mereka menyiapkan sambal bawang dan sambal teri pesanan pelanggan. Sambal yang sudah ditumbuk itu ditaruh di mangkuk kecil dari plastik.

Setelah matang, daging ayam ditaruh di piring yang sudah dilengkapi lalapan. Bersama dua macam sambal, menu itu diletakkan di meja kasir. Di meja kasir itu ada dua karyawati, Wulansari dan Desi, yang mengecek kelengkapan menu. Setelah itu, menu disajikan di meja pelanggan.

Pemilik Kedai Sambal, Wurry Ambarwani, mengatakan permintaan sambal dari pelanggan cukup banyak per harinya. Padahal harga cabai rawit selangit. Pelanggan tidak peduli cabai rawit sedang mahal.

Bagi mereka yang terpenting pelanggan bisa makan lengkap dengan sambal. Bahkan, ada pelanggan yang tidak mau makan tanpa sambal.

Di sisi lain, bagi Wurry, rasa adalah segalanya. Karena itulah, dia tetap menjaga komposisi cabai dan bumbu lain, meski harga cabai terus meroket. “Kami memiliki standar rasa sehingga saya enggak berani mengubah, apalagi mengurangi cabai,” ujarnya kepada Solopos.com, Kamis.

Menaikkan harga bukan solusi terbaik. Dia lebih memilih mengurangi margin keuntungan daripada menaikkan harga. “Kami memiliki HPP [harga pokok penjualan], sehingga yang berkurang nantinya adalah margin keuntungan. Meski kehilangan margin cukup besar tidak masalah, apalagi kondisi seperti sekarang yang mahalnya memang merata. Bahkan tadi harga cabai sampai Rp130.000/kg,” ujarnya.

Dalam sehari, dia menghabiskan hingga 6 kg cabai rawit. Cabai tersebut didistribusikan ke gerai Kedai Sambal di SGM, Solo Square, Hartono Mall Solo Baru, Jogja City Mall, dan Hartono Mall Jogja.

Hal serupa dilakukan SFA Steak & Resto. Pemilik restoran tersebut memilih menahan kenaikan harga jual sambal. Operational Manager SFA Steak & Resto, Didik Rahmanto, mengaku sudah mengantisipasi kenaikan harga cabai.

Menurutnya, ada siklus kenaikan harga cabai yang bisa diprediksi sebelumnya. Siklus kenaikan harga cabai biasa terjadi saat peringatan hari besar keagamaan dan musim penghujan. Kendati demikian, siklus itu tidak hanya berlaku pada cabai. Beberapa komoditas lain juga patut diwaspadai.

“Siklus kenaikan harga kebutuhan harus sudah diantisipasi. Ada beberapa kali siklus kenaikan dalam satu tahun. Sebenarnya tidak hanya cabai yang diantisipasi, beberapa bahan lain juga. Dengan demikian, kami memiliki HPP, harga cabai tertinggi harus dihitung. Jadi dengan adanya kenaikan harga cabai tidak terlalu berpengaruh, tetapi saat cabai turun di situ profitnya bisa kelihatan,” ujarnya kepada Solopos.com, Kamis.

Dia mengakui kenaikan harga cabai memangkas keuntungan yang seharusnya diperoleh pengelola restoran. Namun demikian, kenaikan harga cabai itu masih bisa tersubsidi oleh bahan lain. Dia berharap harga cabai segera kembali normal.

Sementara itu, pemilik Ayam Geprek Solo di Laweyan, Jumadi, mengaku harus membatasi cabai untuk tiap porsi menu ayam geprek. Hal ini untuk menutup tingginya biaya yang dikeluarkan untuk membeli cabai.

“Sekarang kami batasi maksimal sepuluh cabai. Kalau mau lebih ya bisa, tapi nanti kena biaya tambahan. Sebelumnya kalau mau tambah cabai enggak bayar, mau cabai berapa itu suka-suka pelanggan. Unlimited  lah… Tetapi dengan harga cabai Rp110.000/kg kami sudah tidak sanggup untuk itu, jadi terpaksa dibatasi,” ujarnya.

Pada Rabu (8/2/2017), dia mencatat harga cabai rawit merah Rp125.000/kg. Harga tersebut turun dibandingkan pada Selasa (7/2/2017) yang mencapai Rp130.000/kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya