SOLOPOS.COM - Tanaman bawang merah di Bantul. (Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja)

Komoditas pangan, mengenai distribusi bahan makanan perlu diperhatikan

Harianjogja.com, BANTUL – Akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mencatat banyak aktor yang terlibat dalam proses distribusi dari petani ke konsumen membuat harga bawang merah selalu melonjak. Parahnya, lonjakan itu baru akan normal setelah menunggu sekitar sembilan bulan. Persoalan harga bawang merah ini dikupas dalam diskusi bertajuk Integrasi dalam Rantai Pasok Bawang Merah di Pulau Jawa di Ruang Sidang Utama Gedung AR Fachruddin A lantai 5, Kampus Terpadu UMY Sabtu (9/9/2017).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dosen Agribisnis UMY Susanawati menyatakan, pihaknya telah melakukan penelitian terkait rantai pasok bawang merah. Untuk analisa rantai pasok tersebut, ia menggunakan wilayah yang ada petani bawang merah, seperti Cirebon, Brebes dan Nganjuk. Sedangkan pasar, ia memilih Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) Jakarta sebagai pusat konsumen.

Hasil analisanya, ia menemukan, rata-rata ada tujuh hingga delapan aktor yang terlibat dalam alur produksi hingga sampai ke konsumen. Selain itu ada tiga aliran yang sangat berpengaruh dalam alur tersebut yaitu produk, info dan uang.

“Saya menemukan aliran produk dari petani ke konsumen lancar di ketiga tempat tersebut. Tetapi informasi dan uang antar aktor ada yang tidak lancar. Contohnya, aliran uang antar calo ke petani dan aliran informasi antara bandar di pasar dan pengumpul besar. Ini yang kemudian mengakibatkan fluktuasi harga  bisa melonjak tinggi,” terangnya dalam rilis kepada Harian Jogja, Minggu (10/9).

Selain itu, lanjut dia, ada keterkaitan dari ketiga wilayah tersebut, seperti ada kenaikan harga yang terjadi secara serentak. Ia menemukan, ada waktu yang dibutuhkan agar harga kembali menjadi normal setelah mengalami kenaikan, yang rata-rata harus menunggu hingga sembilan bulan. Sebagian besar tidak lancarnya distribusi, disebabkan adanya permainan harga yang dilakukan sekelompok orang dalam rantai pasok tersebut.

“Saya menyarankan, pemerintah memaksimalkan peran koperasi bawang merah, untuk pemasaran. Penertiban perdagangan ilegal serta pembatasan impor saya kira juga dapat dilakukan untuk lebih mengutamakan keamanan pasar dalam negeri,” tegas dia.

Langkah penyelamatan itu harus dilakukan, mengingat bawang merah merupakan bumbu setiap dapur di Indonesia. Sebagian besar masakan rumahan menggunakannya sebagai bahan dasar. Sehingga bawang merah masuk sebagai komoditas penting dalam aktivitas perdagangan di berbagai pasar di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya