SOLOPOS.COM - Penampakan darah di kain kafan Maulana Suryadi (23), pemuda yang tewas saat ikut aksi unjuk rasa mahasiswa di DPR RI. (Suara.com/Dok Keluarga).

Solopos.com, JAKARTA -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan menyelidiki penyebab kematian Maulana Suryadi, 23, juru parkir yang tewas akibat kerusuhan yang pecah di Jakarta buntut dari bentrokan massa pendemo DPR dengan aparat kepolisian.

Menanggapi hal itu, Mabes Polri bersikukuh bahwa Maulana meninggal karena sakit dan bukan karena kekerasan dari aparat kepolisian. Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra menerangkan penyebab tewasnya Maulana sudah disampaikan oleh Polda Metro Jaya dengan didukung keterangan riwayat kesehatan yang disampaikan pihak keluarga.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Yang bersangkutan berdasarkan keterangan dari keluarganya memang jadi sakit bawaan asma," kata Asep di Kantor Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (7/10/2019), dilansir Suara.com.

Baca juga:

Inilah Nama-Nama 575 Anggota DPR 2019-2024

Demo Besar-Besaran Gedung DPR, Buruh Bawa 3 Tuntutan Ini

Jurnalis Jadi Korban saat Liputan Demo, Pers Mahasiswa Semarang Kecam Polisi

Oleh karena itu, Asep menegaskan sekali lagi bahwa penyebab meninggalnya Maulana pun sudah terkonfirmasi bahkan oleh keluarganya langsung. Asep menerangkan bahwa Maulana meninggal bukan karena kekerasan.

"Yang jelas bukan karena suatu bentuk kekerasan yang bersangkutan dan itu sudah terkonfirmasi oleh keluarganya," tandasnya.

Sebelumnya, Maspupah, 49, ibunda dari Maulana mengaku tidak akan menempuh jalur hukum meski anaknya tewas mengenaskan setelah mengikuti aksi demonstrasi di sekitar Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (25/9/2019) lalu.

Salah satu alasan Maspupah tidak akan menempuh jalur hukum lantaran sadar dirinya hanyalah orang kecil. Meski demikian, ia merasa kematian putranya itu penuh kejanggalan. "Kita kan orang kecil, sedangkan dia kan polisi, anggota, berat kan," ujar Maspupah saat ditemui di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (4/10/2019).

Terkait kejanggalan kematian anaknya, Maspupuh menduga karena ada perlakuan tindak kekerasan yang dilakukan oknum aparat kepolisian. Untuk saat ini Maspupuh mengaku hanya ingin mengetahui pasti apa penyebab kematian anaknya itu.

Meski mengaku tidak akan menempuh jalur hukum, Maspupah tidak akan terima jika ternyata anaknya itu meninggal akibat dianiaya oknum aparat.

"Kalau saya pengin tahu saja, ungkap pengen tahu penjelasan bagaimana omongan polisi, kenapa anak saya dipukulin sampai meninggal, gitu saja pengin tahu saja," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya