SOLOPOS.COM - Anggota Komisi IV DPRD Sukoharjo, Moch Samrodin (tengah) dan Flaviana (kanan) sidak ke SLB Klaseman, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Sabtu (2/2/2013). (Farid Syafrodhi/JIBI/SOLOPOS


Anggota Komisi IV DPRD Sukoharjo, Moch Samrodin (tengah) dan Flaviana (kanan) sidak ke SLB Klaseman, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Sabtu (2/2/2013). (Farid Syafrodhi/JIBI/SOLOPOS

SUKOHARJO--Komisi IV DPRD Sukoharjo menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Sekolah Luar Biasa (SLB) Gatak, akhir pekan kemarin.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sidak itu digelar untuk mengetahui sistem pengawasan guru dan siswa di sekolah tersebut, pascatragedi pencabulan dan pemerkosaan yang dilakukan oleh salah satu guru SLB Gatak terhadap salah satu siswa di sekolah itu.

Dua anggota Komisi IV, Moch Samrodin dan Flaviana, datang ke sekolah dan ditemui oleh Wakil Kepala SLB Bidang Kepegawaian, Edy Sumartono dan beberapa guru.

“Kami mendapatkan kabar kalau kepala sekolahnya jarang ngantor, sehingga pengawasan guru dan siswa sangat kurang. Tidak ada kabar dan tak pamitan ke guru lainnya. Kami sangat menyayangkan hal itu,” ujar Samrodin saat ditemui wartawan di sekolah tersebut.

Saat Komisi IV mendatangi sekolah, Kepala SLB Gatak, Joko Yulianto, tidak berada di tempat. Sejumlah guru juga tak mengetahui ke mana pimpinannya itu pergi. Menurut Edy, setiap pagi Joko mampir ke kantor, tapi setelah itu pergi lagi. Pihaknya juga mengakui pengawasan di sekolah kepada guru sangat kurang.

“Semua guru dan karyawan ada absennya ketika masuk sekolah. Itu untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar (KBM),” papar Edy.

Sibuk di Luar

Mendapati fakta itu, Samrodin menyimpulkan bahwa pimpinan di SLB Gatak tidak memperhatikan kewajibannya dan lebih sibuk di kegiatan luar. Ia meminta agar sistem pengawasan guru maupun siswa diperbaiki.

Ia mencontohkan, kasus pencabulan dan pemerkosaan yang dilakukan salah satu guru SLB Gatak, Oktober Budiawan, terhadap V, salah satu siswa tunarugnu di SLB itu, rupanya baru dilaporkan ke polisi awal Januari 2013. Padahal kejadian itu diperkirakan sudah berlangsung lebih dari empat bulan.

“Kami sangat menyayangkan pihak sekolah yang lambat dalam menangani kasus asusila ini. Bila pengawasan berjalan baik, tentu kasus asusila tersebut tidak akan terjadi dan menimpa salah satu siswi di SLB Gatak. Seharusnya kepala sekolah bisa membedakan mana urusan pekerjaan dan mana urusan pribadi,” ungkap Samrodin.

Tak lama setelah anggota Komisi IV bercengkerama dengan para guru dan siswa, Joko datang ke sekolah. Ia tak mengenakan pakaian seragam guru, tapi menggunakan baju koko. Joko mengaku jarang berkegiatan di sekolah lantaran sibuk berdakwah. “Baru saja pulang mengisi pengajian di Solo,” ujarnya.

Begitu mendapatkan kritikan dari anggota Komisi IV DPRD Sukoharjo soal kurangnya pengawasan kepada murid dan guru, Joko berjanji akan memperbaikinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya