SOLOPOS.COM - Satu per satu halaman komik berjudul Dlimas, Dari ABad 18 Hingga Kini tertempel di salah satu ruangan Padepokan Kyai Suluh, Desa Dlimas, Kecamatan Ceper, Klaten, Sabtu (26/11/2016) malam. Komik itu berkisah tentang asal usul Desa Dlimas hingga kegiatan kesenian dan tradisi serta permasalahan di desa setempat. (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Sebuah komik berjudul Dlimas diluncurkan yang berisi serba-serbi Desa Dlimas.

Solopos.com, KLATEN – Kisah tentang Desa Dlimas, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, tergambarkan dalam sebuah komik berjudul Dlimas. Komik itu digagas Rudi Heru Sutdja, 47, seniman sekaligus pengelola Padepokan Kiai Suluh, Desa Dlimas, Kecamatan Ceper.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam membuat komik itu, Rudi menggandeng Enka Nkmor, ilustrator komik yang saat ini menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Komik setebal 33 halaman itu dicetak sebanyak 500 eksemplar dengan kerja sama Padepokan Kiai Suluh dan Center For Civic Engagement & Studies (CCES) yang selama ini melakukan pendampingan.

Rudi mengatakan komik dibuat setelah ia melakukan pengumpulan data terkait Dlimas baik secara lisan maupun merujuk pada teks tertulis sejak setahun silam. Proses pembuatan komik sendiri dilakukan hanya dalam waktu sebulan.

Melalui media tersebut, warga diharapkan asal usul hingga persoalan yang ada di desa setempat. “Melalui komik ini kami juga mengekspresikan mimpi munculnya kepemimpinan wilayah yang prorakyat,” kata dia saat ditemui di Padepokan Kiai Suluh, Sabtu (26/11/2016) malam.

Bagian pertama komik menceritakan asal usul Desa Dlimas yang berasal dari nama buah delima. Selain itu, bagian pertama mengisahkan sejarah munculnya kegiatan tradisi bersih desa yang diperingati setiap Sura atau bulan pertama dalam kalender Jawa.

Bagian kedua, komik mengisahkan tentang persoalan tanah pada zaman kolonial. Pada 1915 Belanda yang sudah mendirikan pabrik gula di wilayah Dlimas melakukan perluasan area pabrik. Keinginan Belanda ditolak oleh salah satu pemilik tanah, Ki Kromo Taruna hingga terjadi peperangan. Dengan cara licik Belanda menangkap Ki Kromo Taruna dan memenjarakannya.

Sementara itu, pada bagian ketiga komik mengisahkan kondisi kekinian Desa Dlimas. Alih fungsi lahan dari pertanian menjadi industri menjadi hal yang dikritisi pada bagian terakhir komik.

Program Manager CCES, Ranggoaini Jahja, mengatakan pendampingan dilakukan CCES ke beberapa desa termasuk Dlimas sejak 2015 lalu.

“Kami menstimulasi kegiatan kreatif yang ada di desa dan kampung. Kami tidak melakukan pendampingan terus menerus, tetapi kami mengajak mereka menggali persoalan yang ada di wilayahnya,” urai dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya