SOLOPOS.COM - IST

IST

Rabu malam lalu, acara Matahati di radio Star Jogja 101.3 FM dihadiri KH Harun Al-Rosyid, pengasuh PP. Al-Hikmah, Karangmojo, Gunungkidul, yang juga pengurus Dewan Pendidikan DIY. Kami ngobrol onair dan beliau mengangkat topik tentang kehamilan di luar pernikahan. Sejurus kemudian, rekan-rekan redaksi Harjo meminta penulis untuk mengangkatnya juga di kolom Percikan Bening ini hingga membahas pentingnya memotivasi anak muda Islam untuk bersegera menikah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Memang, di sisi lain, memudarnya rasa prihatin atas kehamilan di luar nikah sendiri sudah menjadi persoalan. Saat ini, sepertinya fenomena ketidakperawanan seorang gadis dan perilaku liar lelaki sudah tak terlalu disedihkan. Ini sudah mengeruhkan batin dan membuat hijab hati yang mematikan kalbu. Apalagi jika sampai ada yang larut tenggelam di dalam fenomena gelap itu dan digulung ombak-ombak persoalan tak berujung.

Pertama, tulisan ini adalah untuk mengajak bertobat dari perasaan yang “biasa-biasa saja” saat menyaksikan fenomena pergaulan bebas. Hukum Islam yang keras terhadap fakta perzinahan dengan menghukum rajam bagi pelakunya, adalah tanda bahwa Allah SWT beserta Rasul-Nya ingin agar umat jera dan ngeri untuk melakukan maksiat itu. Namun sistem hukum NKRI tak memberi ruang agar masyarakat merasa takut melakukan perzinahan. Walau minimal karena takut kena hukuman mati tersebut.

Ekspedisi Mudik 2024

Seorang Arif Billah pernah berkomentar bahwa “ada bagusnya” Indonesia ini adalah tempat di mana umat bebas menentukan diri mau ke surga atau neraka. Tidak ada yang menghalangi. Entah apakah komentar ini disampaikan karena mau menyindir, atau putus asa terhadap sistem, atau memang benar-benar hendak mengambil hikmah.

Penulis pikir, umat Islam Indonesia memang “berkesempatan” mencerdaskan rohani mengambil jalan tengah dan mampu menentukan langkah karena Allah Semata. Mengabdi kepada Allah karena cinta saja. Bukan karena yang lain. Sebab punishment dan reward tak bisa diharapkan menjadi koridor perilaku masyarakat yang dipenuhi oleh korupsi saat ini.

Kedua, tulisan ini hendak mendorong anak-anak muda untuk segera menikah sebagai pilihan terbaik bagi generasi muslim dewasa ini. Sebab hal itu bisa menjadi jalan pengungkapan atau ekspresi bagi rasa cinta antar lawan jenis yang dinafasi ibadah. Madzhab Cinta dalam beragama perlu ditegakkan di negeri bebas ini. Anggur kemabukan ilahiah perlu diminumkan kepada anak-anak muda pengabdi Tuhan. Doa Nabi SAW begitu jelas tentang Cinta : Allohumma inni as-aluka hubbaka, wahubba man yuhibbuka, wahubba ‘amalin yuqorribuni ila hubbika. Ya Allah dekatkanlah aku dengan Cinta-MU, dan cinta orang-orang yang mencintai-MU, dan amal-amal yang mendekatkanku pada Cinta-MU.

Di tengah gelombang dahsyat godaan free sex, para pemuda-pemudi Islam dapat menyelamatkan diri dengan bahtera pernikahan yang didorong oleh kedahsyatan cinta kepada Allah SWT. Karena Cinta model ini, anak muda menjadi pemberani dan siap berjuang menerjunkan diri dalam dinamika rumah tangga suami istri.

Soal rizki dan kebutuhan hidup akan dibukakan oleh pendorong mereka, yakni Allah SWT sendiri. “Dan menikahlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan mengkayakan mereka dengan karunianya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-NYA) dan Maha Mengetahui (An-Nuur 32)”.

Meraih Derajat Tinggi

Menikah juga mengangkat derajat kaum beriman. Nabi SAW bersabda : “Salat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan)” (HR. Ibnu Ady dakam kitab Al-Kamil dari Abu Hurairah RA). Dinamika menjadi suami atau istri tentu lebih kompleks daripada mereka yang membujang. Salat orang yang dipenuhi stres persoalan dan pekerjaan lebih berat daripada yang melangkah ringan tanpa beban sebagaimana kanak-kanak. Salat orang berumah tangga melatih kecanggihan menjaga jarak dari kerumitan dunia dan melepaskan diri dari keterikatan cinta fana. Belum lagi kompleksitas itu juga memunculkan hikmah-hikmah rahasia antar pecinta yang hanya didapatkan dan dirasakan oleh pasangan rumah tangga yang penuh dzikrullah dan doa.

Romantisme pun semakin lembut, halus, kuat, kokoh, mendalam dan meluas. Tak terbayangkan bagi mereka yang belum menikah, atau apalagi yang jatuh dalam cinta nafsu pergaulan bebas.

Sejatinya, tidak ada alasan lagi bagi generasi muda pencari Tuhan untuk ragu bersegera menikah. Sebab selain mereka diselamatkan dari yang haram, lebih dari itu mereka akan semakin menyaksikan dan merasakan bagaimana tuntunan serta penataan langsung Allah pada diri mereka dalam berbagai kesulitan atau pun tantangan. Bukankah hubungan yang semakin khusus dan ketergantungan mutlak kepada kekasih sejati itu yang kita cari? Menikahlah dan itu segera akan kita dapati. Wallahu a’lam bishshawab.

Oleh: Wibie Maharddika

Pengasuh Komunitas Ashabul Cafe

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya