SOLOPOS.COM - IST

IST

Para Buddha pada dasarnya mempunyai tiga prinsip dasar ajaran, yaitu seperti yang tercantum di dalam Dhammapada 183 sebagai berikut: Sabbapâpassa akaranam (tidak melakukan segala bentuk kejahatan), Kusalassa upasampadâ (senantiasa mengembangkan kebajikan), Sacittapariyodapanam (membersihkan batin dan pikiran) Etam buddhâna sâsanam (inilah ajaran para Buddha).

Promosi Mudik: Traveling Massal sejak Era Majapahit, Ekonomi & Polusi Meningkat Tajam

Ajaran Buddha memberikan bimbingan kepada kita untuk membebaskan batin dari kemelekatan kepada hal yang selalu berubah (anicca), yang menimbulkan ketidakpuasan (dukkha), karena semuanya itu tidak mempunyai inti yang kekal, tanpa kepemilikan (anatta). Usaha pembebasan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan dan pengertian masing-masing individu. Jadi, ajaran Buddha bukan merupakan paksaan untuk dilaksanakan.

Perlu pemahaman untuk mengerti ajaran Buddha, misalnya ajaran tentang kamma atau karma, apapun namanya menyebabkan makhluk lain menderita adalah karma buruk, dalam ajaran Buddha mengenal adanya karma yang masak secara bersamaan seperti kejadian maut yang akhir-akhir ini bisa kita lihat dari beberapa kecelakaan yang menimbulkan korban cukup banyak.

Kelalaian manusia, tentu akan mendapatkan karma buruk, sebab sekarang saja dia sudah menerima akibat perbuatan buruk: masuk penjara, ada yang sakit akibat kendaraan yang dikemudikan mengalami kecelakaan dan ada juga yang ikut mati, karma buruknya sudah terlihat, belum lagi karma yang lainnya nanti bisa muncul, jadi karma yang dia buat adalah karma kelalaiannya, bukan karma niatnya.

Karma kebersamaan lah, sebab kematian di tempat sama dan jam yang sama. Orang lain juga ada di sana tetapi mereka tidak semuanya meninggal di tempat itu. Terimalah apa yang telah terjadi, berdoa terus agar yang meninggal dapat terlahir di alam yang lebih baik dan bahagia. Bagi penabrak juga kita harus doakan sebab dia tidak ada niat bunuh orang hanya kelalaiannyalah yang  menyebabkan itu terjadi semuanya, jadi tetap doakan dia agar bisa sadar untuk kedepannya jangan sampai mengulangi lagi, dan dia bisa benar-benar memperbaiki kesalahannya itu, menyesal juga sudah terlambat, dari peristiwa itulah dia harus banyak berbuat kebajikan untuk menolong yang masih perlu kelangsungan hidupnya.
Karma terjadi dari pikiran seseorang, misal, seseorang yang hendak memakan ikan dengan pikiran positif menangkap lalu memasaknya saya rasa wajar-wajar saja, tetapi bila seseorang ingin memakan ikan, menunggu seharian tidak berhasil menangkap ikan timbul pikiran emosi membenci ikan-ikan, sehingga saat bisa menangkap dengan beringas memotongnya sehingga membentuk karma berat. Jadi seisi dunia ini diciptakan seimbang, sisi baik dan buruk saling melengkapi inilah dunia.

Seseorang dilahirkan di dunia sudah membawa karma dari perbuatannya dalam kehidupan sebelumnya. Berdasarkan karmanya sendiri kehidupan seseorang dimulai. Semakin cepat memahami ajaran Buddha, seseorang akan semakin menyadari perputaran karmanya sendiri. Seperti kejadian kematian yang disebabkan kecelakaan juga tidak lain adalah buah karmanya sendiri. Penabrak juga akan memetik hasil dari perbuatannya sendiri, jadi kita serahkan kepada pihak berwajib.

Dari kejadian-kejadian tersebut, bagi kita seorang Buddhis yang memahami Buddha-dhamma, perlu kita sadari dan tanamkan sejak awal di dalam diri kita prinsip-prinsip yang telah diajarkan oleh Buddha yaitu: tidak melakukan perbuatan jahat, melakukan perbuatan baik dan membersihkan hati dan pikiran. Dengan melatih diri selalu berada di jalan benar, lakukan terus perbuatan baik, maka dengan perbuatan baik itulah yang akan melindungi kita dari kejadian-kejadian yang tidak kita harapkan.

Kematian adalah hal yang wajar bagi makhluk yang hidup. Kematian bisa datang dengan banyak cara, ada yang melalui kecelakaan, ada yang bunuh diri, ada yang jatuh di kamar mandi, ada yang dihukum dan masih banyak cara lainnya. Kalau bunuh diri lain lagi ceritanya dia mengakhiri hidupnya karena merasa sudah tidak ada gunanya, selama orang masih menganggap hidupnya masih berguna pasti tidak akan melakukan bunuh diri. Banyak orang yang secara fisik cacat, tetapi karena masih merasa hidupnya ada manfaatnya banyak orang yang berusaha sekuat tenaga dan ternyata menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

Kematian kalau memang waktunya datang jangankan sembilan orang yang mati saat bersamaan, 100 atau 1.000 orang pergi dalam waktu yg sama pun bisa terjadi, contohnya bencana Tsunami. Seseorang kalau sudah waktunya mati, jatuh dari kamar mandi waktu mengambil handuk langsung meninggal pun terjadi, dan tak ada seorangpun yang bisa mengira kematian seseorang. Seseorang tidak akan bisa meloloskan diri dari kematian jika waktu sudah tiba, semua makhluk akan menerima buah karmanya masing-masing. Maka yang perlu kita persiapkan adalah perbanyaklah perbuatan baik, jangan melakukan kejahatan, dan membersihkan hati dan pikiran kita.

Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

 

Oleh: Jiyono

Penyuluh Agama Buddha Kanwil Depag Prov DIY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya