SOLOPOS.COM - IST

IST

Setelah timnya mengalami kekalahan saat melawan Portugal di arena Piala Eropa 2012, salah seorang pemain Belanda, Robben, mengakui bahwa ada suasana kurang bagus di dalamnya timnya. Kepada media Robben mengungkapkan, “Kami kalah tiga kali. Ini sulit diterima. Kami harus berani bercermin. Kami semua gagal. Sulit untuk mendapatkan penjelasannya.”

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kebersamaan 11 pemain dalam satu tim sepak bola merupakan hal yang mutlak. Kehebatan individu-individu saja tidak cukup. Pelatih gagal menanamkan kebersamaan dalam tim Belanda. Barisan penyerang Belanda tampak enggan ikut turun membantu pertahanan. Rasa kebersamaan dan saling menghormati tidak terjadi dalam tim, bertolak belakang dengan sikap Ronaldo, yang selalu memuji dan penuh senyum ketika kawan-kawannya kurang pas memberikan umpan.

Kiranya tidak berlebihan jika membandingkan kinerja guru di sebuah sekolah dengan sebuah kesebelasan dalam sepak bola. Tidak sedikit sekolah yang berupaya memilih para guru dengan kualifikasi terbaik  berdasarkan indeks prestasi belajar sewaktu kuliah atau potensi dasar yang mengindikasikan sosok guru yang andal. Sebuah sekolah yang memiliki potensi guru-guru yang hebat tidak dengan sendirinya menjadi sekolah yang mumpuni, hanya karena sang kepala sekolah tidak mampu membangun kebersamaan para guru sebagai tim. Jika kerja tim adalah tujuan, kemenangan terjadi dengan sendirinya.   Sikap tim adalah sikap ”kita” dan sikap ”milik kita” alih-alih sikap ”saya” dan ”milik saya.” Menjadi bagian dari suatu tim tidak perlu menghilangkan kehebatan individu, tidak perlu juga mengorbankan kesuksesan pribadi.

Peran kepala sekolah sepadan dengan peran pelatih dalam sebuah kesebelasan. Peran tersebut amat penting untuk memberikan inspirasi, mengembangkan visi bersama dan menjamin kesatuan dalam komunitas pendidikan. Di sisi lain, kepala sekolah tetap menjadi penanggung jawab utama pelaksanaan kebijakan dasar pendidikan sekolahnya. Kepala sekolah terus mengupayakan pendidikan paling baik bagi para murid. Untuk itu kepala sekolah tidak boleh diposisikan sekadar sebagai robot yang tidak berpikir, melainkan sebagai anggota komunitas pendidik. Komunitas perlu berpartisipasi aktif mendiskusikan kebijakan dan kepala sekolah perlu terus-menerus mengikuti perkembangan prakarsa kebijakan yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah. Kepala sekolah mesti menginspirasi komunitas dengan pilihan nilai hidupnya dan heroisme menjalani panggilan sebagai pendidik.

Menjelang pengujung tahun ajaran, sambil menyaksikan pertandingan-pertandingan Piala Eropa 2012 baiklah jika para guru mencoba meninjau sejenak seberapa baik telah bekerja. Ukuran paling penting bagi guru seberapa baik bekerja adalah seberapa dapat membuat rekan satu korps dapat bekerja lebih baik. Tidak sedikit keluhan diungkapkan oleh murid berkaitan dengan cara-cara bertindak dan bekerja guru-gurunya yang jauh dari ciri-ciri pendidik harapan murid. Sementara ada guru-guru yang menjadi kebanggaan murid-muridnya, toh tidak sedikit juga guru-guru menjadi cemoohan muridnya.

Guru yang biasa dijuluki “tidak bermutu” ini tentu akan merepotkan guru-guru yang lain,  tidak menyamankan rekan kerja. Adakah kegembiraan dan senyuman penuh pengertian akan muncul jika rekan satu korps mengalami kegagalan? Layaknya bermain sepak bola, para guru terus-menerus mencari peran dan mengisinya. Menjadi pemompa semangat tim kiranya lebih terhormat daripada menjadi penggembos, menyurutkan semangat kolega, dan sekadar kritis destruktif. Yang penting bagi guru adalah mampu bergembira dalam bekerja, terbuka,  mampu beradaptasi, dapat dilatih, mau mencoba gagasan baru, tidak kaku atau terhenti pada kebiasaan. ***

St. Kartono

Guru SMA di Jogja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya