SOLOPOS.COM - IST

IST

Ekonomi dunia belakangan ini terancam resesi global akibat krisis ekonomi kawasan Eropa. Terlebih setelah ekonomi AS juga mengalami krisis keuangan pada 2009 lalu dan belum juga pulih, maka konjungtur perekonomian global menjadi semakin menurun.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Kini, perhatian seluruh dunia tertuju pada Polandia dan Ukraina, tuan rumah Piala Eropa (Euro) 2012. Apa hubungannya antara bola dengan kegiatan ekonomi? Perhelatan bola dengan semangat konsumtif globalnya ini, setidaknya akan sedikit menggeliatkan berbagai kegiatan perekonomian dunia, kendati mungkin kecil.

Ini terlihat dari siklus menarik yang terjadi di bursa saham dan pasar modal dunia. Ada penelitian menarik selama berlangsungnya putaran pertandingan Piala Eropa, biasanya diikuti dengan melemahnya kapitalisasi pasar modal dan pasar uang global dalam jumlah yang cukup signifikan.

Ke mana larinya dana dari pusat kegiatan keuangan dunia ini? Banyak orang memperkirakan dana ini untuk sementara “berpindah tempat” karena diambil oleh para investor untuk sementara waktu guna bermain judi di pasar taruhan. Para investor yang sekaligus spekulan ini juga mencoba meraih peruntungan dengan cara “taruhan” di pasar judi gelap.

Mereka mencermati setiap kesebelasan peserta dan kemudian membuat peta kekuatan tim, dan menjagokan tim tertentu untuk masuk dalam pasar taruhan gelap. Kapitalisasi di pasar judi gelap ini tidak bisa terdeteksi karena serba gelap. Tak hanya kegiatan di pasar perjudian, bola juga menggulirkan perekonomian karena pengaruhnya di pariwisata, perhotelan, hak siar dari berbagai televisi, promosi dan iklan, serta penjualan pernik-pernik merchandise yang berkorelasi dengan barang-barang berlogo kesebelasan peserta Piala Eropa. Perputaran dana akibat kegiatan ekonomi di balik Piala Eropa ini sangat besar, mungkin bisa mencapai puluhan ratusan triliun rupiah.

Ekonomi DIY

Kalau di tingkat dunia begitu besarnya pengaruh ekonomi sebagai dampak dari event empat tahunan ini, semestinya juga berdampak pada perekonomian lokal, yakni di DIY dan sekitarnya. Percuma saja kalau para pelaku bisnis di kawasan ini tidak bisa memanfaatkan peluang bisnis yang muncul di balik gebyar Piala Eropa 2012 kali ini. Terutama para pengusaha gurem (UKM) yang mendominasi pasar DIY. Perhelatan bola dengan segala acara menariknya, semestinya mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi DIY menjadi lebih tinggi lagi. Momentum ini semestinya bisa dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku bisnis di DIY.

Apa saja peluang bisnis yang muncul di balik gebyar Piala Eropa? Ternyata cukup banyak!! Beberapa di antaranya adalah keberadaan nasi kucing yang bisa berubah menjadi laris manis sehubungan dengan adanya event Piala Eropa. Banyak komunitas di Kota Jogja yang kemudian membuat acara “nonton bareng” (nonbar), dengan menu kudapan berupa nasi kucing dengan lauk pauknya yang serba sederhana. Banyak di antaranya yang membuat acara nonton bareng di lingkungan RT/RW atau di balaidesa, di kantor-kantor atau di tempat nongkrong lainnya, dengan menu pembuka nasi kucing. Maklum, banyak pertandingan yang berlangsung pada malam hari atau bahkan dini hari.

Tradisi nonton bareng inilah yang akhirnya membuat nasi kucing menjadi laris manis. Dengan demikian perhelatan bola Piala Eropa telah membuat pedagang nasi kucing menjadi tersenyum lega, karena dagangannya menjadi laris berat. Omzet mereka menjadi meningkat berlipat ganda, karena barang dagangannya menjadi habis dalam sekejap, diborong oleh para pembeli dari berbagai komunitas untuk acara nonton bareng pertandingan bola ini.  Jadi, event yang berlangsung ritual empat tahunan ini sungguh sangat ditunggu-tunggu kehadirannya oleh para pedagang nasi kucing, yang ingin memanfaatkan momentum itu.

Tidak hanya sebatas itu. Fenomena “nasi kucing” sesungguhnya juga mewakili potret para pengusaha skala gurem yang juga pandai memanfaatkan peluang bisnis di balik gebyar Piala Euro ini. Merekalah yang sekarang ini memasok berbagai macam barang merchandise yang dijual melalui berbagai gerai dagangan di berbagai emperan sepanjang Malioboro atau di berbagai outlet lainnya. Bisa dibayangkan, minimal ada 100 lebih jenis pernik-pernik yang ada hubungannya dengan event ini.  Di dalamnya tidak ada monopoli penjualan, layaknya hak siar yang hanya dimiliki stasiun RCTI.

Jelas, pembuatan pernak-pernik merchandise ini akan melibatkan pelaku usaha gurem, wong cilik. Banyak yang tidak tahu komoditas pernik-pernik Piala Eropa ini sesungguhnya dipasok oleh mereka yang namanya bisnisman skala kecil. Merekalah yang biasa disebut sebagai pelaku usaha gurem yang diwakili oleh potret pedagang nasi kucing itu. Berbagai barang merchandise itu di antaranya adalah produk pernik-pernik yang menggambarkan logo-logo dan foto pemain bola internasional, berbagai kaos yang bersablonkan dan berwarna sesuai kesebelasan peserta, berbagai atribut lain yang lebih bervariasi seperti PIN, slayer, sepatu, gelas (mug), piring, medali atau barang merchandize lainnya bagi penggemar bola untuk bangga memiliki barang tersebut.

Tak hanya itu, perhelatan akbar bola juga akan menggeliatkan bisnis hotel, kafe serta tempat-tempat kuliner lainnya yang menyelenggarakan acara nonton bareng. Dengan demikian, secara tidak langsung event ini akan menggelindingkan bisnis wisata di kawasan DIY. Akhirnya, ratusan ribu pasang mata penonton dan penikmat bola fanatik di kawasan DIY akan terhipnotis oleh tontonan bola selama sebulan penuh. Inilah pasar potensial bagi pelaku dunia usaha untuk memanfaatkan fanatisme penggila bola dalam menyalurkan hasratnya untuk mati-matian menikmati event akbar ini dengan cara masing-masing. Intinya, mereka adalah pasar potensial bagi pebisnis kreatif untuk memasarkan produknya.

Susidarto

Pemerhati masalah sosial dan ekonomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya