SOLOPOS.COM - Suwarmin (Dok/JIBI/Solopos)

Kolom kali ini, Senin (25/1/2016), ditulis jurnalis Solopos Suwarmin.

Solopos.com, SOLO — Memasuki 2016 semakin jelas kembangan jurus Presiden Joko Widodo (Jokowi). Setidaknya Jokowi mempunyai dua jurus andalan untuk menjalankan roda pemerintahannya. Pertama, pembangunan infrastruktur. Kedua, pendirian pabrik-pabrik baru berbasis padat karya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kamis (21/1) pekan lalu Jokowi meresmikan dimulainya proyek raksasa kereta api cepat Jakarta-Bandung yang diperkirakan menelan biaya pembangunan US$5,5 miliar atau lebih dari Rp74,2 miliar.

Setelah Jakarta-Bandung, proyek serupa dirancang untuk menghubungkan dua kota terbesar di Indonesia, yakni Jakarta dan Surabaya. Megaproyek kereta api lintas pulau juga tengah disiapkan atau dirancang di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Proyek tol trans-Jawa yang sudah digagas sejak 1990-an diperkirakan akan selesai dibangun tahun ini atau jika telat proyek berbiaya lebih dari Rp46,7 triliun ini akan selesai sebelum periode kepemimpinan Jokowi berakhir.

Bayangkan jika semua megaproyek itu selesai dilakukan. Lalu lintas orang dan barang akan meningkat tajam. Di luar Jawa, utamanya di Indonesia timur, proyek-proyek itu diharapkan akan memangkas disparitas harga barang-barang kebutuhan secara tajam dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Jumat (22/1) pekan lalu Jokowi juga meresmikan pabrik PT Nesia Pan Pacific Clothing, di Ngadirojo, Wonogiri. Perusahaan itu disebut-sebut mampu menyerap lebih dari 12.000 pekerja. Selain Nesia Pan Pacific, satu lagi pabrik besar akan dibangun di Wonogiri dengan menampung karyawan lebih banyak lagi.

Bergeser ke sebelah utara, tepatnya di kawasan Nguter, Sukoharjo, juga akan dibangun pabrik rayon oleh PT Sri Rejeki Isman Textile (Sritex). Tahun lalu Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pernah menyatakan pemerintah menyiapkan proyek industri padat karya yang akan menyerap sekitar 58.300 orang tenaga kerja dalam kurun waktu 2015-2019.

Sebanyak 16 perusahaan terlibat dalam proyek industri padat karya itu. Selain Nesia Pan Pacific dan Sritex, 14 perusahaan lainnya adalah PT Pou Yuen Indonesia, PT Chang Shin Reksa Jaya, PT Adis Dinamika Sentosa, PT Feng Tay Indonesia Enterprises, PT Parkland World Indonesia, PT Selalu Cinta Indonesia, PT Seng Dam Jaya Abadi, PT Jaya Perkasa Textile, PT Rayon Utama Makmur, PT Eco Smart Garment Indonesia, PT Delta Merlin Dunia Tekstil, PT Delta Merlin Sandang Textile, PT Apparel One Indonesia, dan PT Kaldu Sari Nabati Indonesia.

Dibandingkan dengan mengurusi tetek-bengek persoalan politik, sepertinya Jokowi lebih menemukan passion-nya bila berada di lingkungan pabrik atau proyek. Seperti karakternya saat memimpin Solo dan Jakarta, dia terlihat agresif dan konstruktif.

Tahun lalu Jokowi disibukkan dengan sejumlah keputusan politik yang oleh sejumlah kalangan diartikan sebagai ketidakmandirian atau kelambanan Jokowi dalam mengambil keputusan, misalnya dalam polemik penunjukan Kapolri, perseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri, dan lain-lain.

Orang lantas mencoba memaklumi, misalnya, karena Jokowi meskipun seorang presiden juga masih merupakan petugas partai atau profil Jokowi yang belum lama berkibar di lingkungan elite politik di negeri ini dan analisis lain-lain.

Tahun ini Jokowi lebih taktis dan sesekali mengejutkan. Publik dibuat tercengang ketika tiba-tiba Jokowi menunjuk Johan Budi Sapto Prabowo sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi atau Juru Bicara Presiden. .

Mantan Pelaksana Tugas (Plt) Wakil Ketua KPK itu baru saja ”disingkirkan” oleh Komisi III DPR dari pemilihan komisioner baru KPK. Jangan-jangan kelak jika kedudukan politik seorang Jokowi semakin mapan, dia bisa melakukan keputusan politik jauh lebih cerdas dan produktif. [Baca selanjutnya: Banyak Kritikan]Banyak Kritikan

Menjalankan proyek infrastruktur dan padat karya bukan berarti tanpa goyangan sama sekali. Megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung, misalnya, mendapat kritikan dari sana sini.

Pakar hukum Yusril Ihza Mahendra menyebut proyek itu dikerjakan dengan grusa-grusu. Kalangan pemerhati lingkungan menyebut proyek itu tidak ramah lingkungan. Kalangan lain menyebut proyek itu belum layak karena analisis mengenai dampak lingkungannya belum selesai dibuat.

Kalangan yang anti-Jokowi menyebut proyek itu sebagai bagi-bagi kue proyek kroni dan pendukung-pendukungnya. Jokowi biasanya tak pernah mundur selangkah pun dalam urusan seperti ini.

Sebagai seorang yang dibesarkan oleh dunia usaha, Jokowi paham betul bahwa sebuah rencana proyek, sebagus apa pun, tidak akan bermanfaat apa-apa jika hanya sebatas rencana alias tidak dilaksanakan.

Biasanya dia mempunyai partner penguasa yang bisa merapikan pekerjaannya, misalnya F.X. Hadi Rudyatmo di Solo, Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) di DKI Jakarta, dan kini Jusuf kalla (JK) sebagai Wakil Presiden.

Memang tidak salah Jokowi mengembangkan dua jurus andalan, yakni pembangunan infrastruktur dan proyek padat karya. Di luar tujuan-tujuan pengembangan ekonomi masyarakat, proyek infrastruktur akan menjadi ”penanda kerja” seorang pemimpin eksekutif.

Kelak, saat masanya tiba, Jokowi bisa menggunakan jurus ini sebagai pengingat kerja apa yang telah dia lakukan saat menjabat. Pemilihan industri berbasis padat karya juga merupakan pilihan yang tidak keliru.

Industri semacam ini mempunyai dampak langsung kepada masyarakat karena menampung puluhan ribu tenaga kerja. Bagi daerah seperti Sukoharjo dan Wonogiri, industri semacam ini bukan hanya memberi lapangan kerja, namun mencegah angkatan kerja meninggalkan daerah.

Keberadaan pabrik akan membuat perekonomian banyak keluarga terselamatkan. Bagi warga sekitar, keberadaan pabrik dengan belasan ribu pekerja menimbulkan multiplier effect yang luar biasa.

Efek berantai itu mulai dari harga tanah yang meroket, jasa penyediaan tempat indekos, laundry, warung makan, stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), minimarket, hingga dealer kendaraan bermotor bermunculan.



Seperti biasa selalu ada dampak sosial kemunculan pabrik-pabrik. Apa lagi pemerintah sepertinya masih belum tuntas dalam menyusun model pengupahan yang sama-sama diterima semua pihak.

Kita berharap dua jurus yang dikembangkan wong Solo ini mampu memberi stimulus yang signifikan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat yang melempem pada tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya