SOLOPOS.COM - Ahmad Djauhar djauhar@bisnis.com Wartawan Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI)

Ahmad Djauhar djauhar@bisnis.com Wartawan Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI)

Ahmad Djauhar
djauhar@bisnis.com
Wartawan Jaringan Informasi
Bisnis Indonesia (JIBI)

Keindahan alam Indonesia menjadi daya tarik bagi turis dari seluruh planet ini untuk mengunjungi serta menikmatinya. Bukan hanya satu atau 10, melainkan ratusan bahkan ribuan objek wisata yang dapat dinikmati di kawasan yang terdiri dari sedikitnya 17.000 pulau tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu objek wisata di negeri ini yang makin banyak diperbincangkan pengelana dunia adalah Raja Ampat, sebuah wilayah di Papua Barat yang menyimpan gugusan pulau karang (atol) dengan pemandangan laut sungguh menakjubkan.

Kawasan seluas 40.000 kilometer persegi yang terdiri dari sekitar 1.500 pulau tersebut secara administratif merupakan wilayah kabupaten tersendiri. Salah satu daya tarik utama Kawasan Wisata Raja Ampat adalah Kepulauan Wayag.

Kepulauan ini terdiri dari sejumlah pulau kecil, termasuk pulau karang, dengan hamparan laut berwarna-warni yang mencerminkan kedalaman masing-masing. Berdasarkan penuturan warga setempat, belum dapat dikatakan telah ke Raja Ampat jika seseorang belum mengunjungi Kepulauan Wayag.

Belum populernya Raja Ampat sebagai objek wisata antara lain karena relatif mahalnya ongkos perjalanan ke sana. Untuk mencapai kawasan Raja Ampat, seorang turis terlebih dulu harus menempuh perjalanan ke Sorong.

Sebagai hitungan kasar, untuk dapat berwisata dari Jakarta ke Raja Ampat selama empat hari tiga malam, total dana yang harus dikeluarkan tidak kurang dari Rp15 juta per orang. Dari kota ini, pelancong umumnya singgah terlebih dulu di Kota Waisai di Pulau Waigeo yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Raja Ampat.

Bisa saja dari Sorong langsung ke pulau-pulau lain, tergantung minat untuk menjelajah titik mana terlebih dulu. Perjalanan dari kota lain langsung ke wilayah Kepulauan Raja Amapat juga dimungkinkan, terutama bagi mereka yang berkantong tebal, sehingga dapat mencarter pesawat atau kapal.

Namun, seperti disebutkan tadi, yang paling umum jika menggunakan transportasi publik dan relatif paling mudah adalah melalui Sorong. Beberapa bulan lalu, ketika memperoleh kesempatan mengunjungi kawasan tersebut, saya bersama rombongan mengunjungi Kepulauan Wayag ketika hari masih pagi.

Sesampai di lokasi itu, boat yang kami tumpangi merapat di salah satu pulau karang berpuncak tertinggi di antara pulau-pulau di kawasan itu. Oleh pemandu wisata yang disediakan pengelola kawasan tersebut, kami diminta memanjat pulau tersebut untuk mencapai puncaknya. Tidak tersedia jalan setapak.

Bagi yang bernyali ciut memang disarankan untuk tidak ikut memanjat puncak pulau karang itu. Kami benar-benar harus memanjat karena lereng—lebih tepatnya dinding—pulau tersebut teramat terjal, sehingga kami harus ngrekel alias merangkak untuk mendaki hingga puncaknya.

Sekitar 30 menit sampailah kami di puncak pulau tersebut dan semua kerepotan maupun lecet sana-sini terbayar tunai oleh pemandangan selebar 360 derajat dari atas pulau itu yang benar-benar membuat mata terpana, tak ingin berkedip. Subhanallah.

Pemandangan yang selama ini hanya saya lihat dari hasil meng-googling itu benar-benar nyata keberadaannya di depan mata. Aksi berikutnya yang tidak akan dilewatkan oleh siapa pun yang sudah sampai di puncak pulau tersebut adalah mengabadikan pemandangan itu melalui kamera, tanpa melupakan bernarsis ria memotret diri sendiri dengan background panorama surgawi itu.

 

Sulit Mencari Tandingan

Dari selentingan pembicaraan rekan serombongan, saya menangkap sepenggal kalimat komparasi yang membuat penasaran. ”Ini sungguh luar biasa. Sulit mencari tandingannya. Halong Bay mah lewat dibandingkan dengan ini.”

Halong Bay merupakan objek wisata unggulan berlokasi di dekat Hanoi, Vietnam. Lokasi tersebut terlebih dulu mendunia karena pernah digunakan sebagai lokasi salah satu film James Bond produksi 1997, Tomorrow Never Dies.

Secara kebetulan, bulan lalu saya memperoleh kesempatan mengunjungi kawasan wisata andalan Vietnam tersebut dengan mengikuti paket perjalanan Halong Bay Cruise. Berangkat dari Hanoi, untuk menempuh perjalanan sekitar 200-an kilometer tersebut harus mengorbankan waktu sekitar empat jam.

Lama perjalanan itu terjadi karena ketatnya ketentuan transportasi darat di negeri itu, yakni kecepatan maksimal kendaraan tidak boleh lebih dari 80 kilometer per jam, itu pun di jalan yang mereka sebut highway meskipun bukan jalan tol dan sepeda motor pun bebas melaluinya pula.

Terlebih lagi di jalan yang membelah perkotaan atau permukiman penduduk, kecepatan kendaraan tidak boleh melampaui 40 kilometer per jam. Begitu tiba di kawasan Halong Bay, saya sempat tertegun karena daerah wisata itu terlalu ramai untuk disebut sebagai ikon wisata.

Kondisinya cenderung metropolis dan crowded. Kawasan itu juga merupakan pelabuhan besar tempat berlabuhnya kapal-kapal dagang yang mengangkut berbagai komoditas dari dan ke wilayah industri di sekitarnya.

Begitu menaiki cruise, kami pun menuju kawasan wisata utama Halong Bay, sebuah perairan dangkal dan tenang karena dikelilingi oleh sejumlah pulau karang. Di sana, belasan kapal wisata sejenis juga membongkar sauh dan cruise tersebut bermalam di sana.

Hampir di setiap kapal digelar pesta, minimal makan malam sambil menikmati musik bagi para pelancong yang menumpang. Tidak ada lagi kesyahduan di sana. Di tengah malam di Halong Bay itu, saya sempat termenung dan berpikir beginilah jadinya kalau kawasan wisata yang seharusnya elok itu menjadi korban praktik komersialisasi yang cenderung berlebihan.

Mudah-mudahan kondisi serupa tidak (segera) terjadi pada Raja Ampat, sehingga panorama surgawinya itu tidak lekas luntur. Ternyata akses yang sulit untuk menuju Raja Ampat itu juga ada manfaatnya: menghambat serbuan orang ke kawasan nan elok itu.



Seandainya Raja Ampat berlokasi dekat Jakarta, niscaya sudah ”habis” kawasan yang konon merupakan ”secuil surga yang diletakkan di muka Bumi” itu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya