SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL—Upaya untuk mengungkap situs Keraton Pleret semakin menunjukkan hasil. Tim eskavasi Dinas Kebudayaan Provinsi DIY kembali menemukan struktur bangunan air kurang lebih sepanjang empat meter yang merupakan peninggalan keraton tersebut.

Struktur bangunan tersebut ditemukan di halaman belakang rumah, Misbakhul Munir alias Hajid,80, yang terletak di Dusun Kanggotan RT 11, Desa Kerto, Pleret akhir Juni lalu.

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

Kini struktur tersebut hanya dipagari bambu dengan dicat putih dan diberikan spanduk bertuliskan situs kerto benda cagar budaya. Di talut itu, juga ditemukan kerang serta artefak berupa fragmen gerabah dan keramik dari China.

Abdul Wahid,56,anak kedua dari Hajid mengaku sekitar satu bulan yang lalu, keluarganya didatangi petugas dari Dinas Kebudayaan. Setelah petugas mengecek, akhirnya tanahnya digali hingga sekitar dua meter. Dua bulan sebelumnya, menurut Wahid, bapaknya menemukan batu putih yang diduga bagian dari bangunan keraton. ”Tidak masalah bagi saya [tanahnya digali],” katanya saat ditemui Harian Jogja, Kamis (7/7).

Kolam
Dihubungi terpisah, Koordinator Lapangan Ekskavasi, Rully Andriadi mengatakan bangunan itu diduga dulunya adalah kolam keraton. Hal ini karena ditemukan sisa kerang di tempat tersebut. Sedangkan adanya artefak menjadi bukti jika ada hunian dan aktivitas manusia di tempat tersebut.

Namun dia belum dapat memastikan bagaimana bentuk kolam tersebut karena bagian lainnya sudah tidak terdeteksi lagi.” Ya cuma itu, yang lain mungkin batunya sudah dimanfaatkan warga,” ujarnya saat dikonfirmasi Harian Jogja, Kamis (7/7).

Sebulan sebelumnya, tim eskavasi juga telah menemukan situs bersejarah berupa konstruksi benteng sisi selatan Keraton Pleret yang dibuat dari batu bata merah dan terkubur hingga 1,5 meter di dalam tanah.

Namun sayang, meski benteng barat dan timur telah ditemukan pada tahun sebelumnya, benteng sebelah utara tidak dapat ditemukan. Selain benteng, situs lainnya seperti Masjid Kauman Pleret, hingga makam istri Raja Amangkurat I (Ratu Malay) sudah ditemukan.

Keraton Kerto dan Pleret adalah bagian Kerajaan Islam. Kawasan ini mempunyai  nilai sejarah tinggi lantaran memiliki banyak peninggalan arkeologis seperti karateristik Hindu Buddha, zaman Islam, serta kolonial Belanda.

Sejak 2005, penelitian terus dilakukan untuk menemukan posisi asli candi, tata ruang, hingga komponen keraton. Namun, Rully mengaku kesulitan untuk melacak bukti – bukti sejarahnya. Karena selain sudah menjadi perkampungan, jejak kedua Keraton ini hilang lantaran berbagai peristiwa.

Di Keraton inilah Mataram mencapai masa keemasan saat dipimpin Sultan Agung Hanyokrokusumo. Raja yang dua kali menyerang VOC di Batavia.

Amangkurat I, putra Sultan Agung, selanjutnya memindahkan pusat kekuasaan ke  Surakarta pada 1677.  Perpindahan dilakukan karena terjadi pemberontakan Trunojoyo, bangsawan Madura. Selanjutnya Keraton Pleret dihancurkan Belanda untuk digunakan sebagai komponen pembuatan pabrik gula kedaton.

“Arsip kedua keraton ini minim sekali, bahkan Keraton Yogyakarta tidak memilikinya. Untuk menggali Keraton Pleret, kami hanya mengumpulkan bukti- bukti dari tulisan seorang Belanda bernama Jan Vos yang dulu pernah berkunjung ke Pleret. Dan tulisan itu semua ada di Belanda,” katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Djoko Dwiyanto menambahkan masih akan terus melakukan eskavasi hingga pemugaran atau rehabilitasi dapat dilakukan, tapi waktunya belum dapat ditentukan.”Sampai 10 tahun saja belum tentu selesai,” ungkapnya.(Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)

Foto (Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya