Solopos.com, WONOGIRI – Jembatan Balong peninggalan Belanda di Wonogiri masih kokoh berdiri. Jembatan kayu yang berdiri sejak 1918 di Dusun Sukosari, Desa Kudi, Batuwarno, Wonogiri, itu kuat digilas truk maupun bus mini.
Kini, Jembatan Balong menjadi rute alternatif bagi pengendara dari Batuwarno dan Karangtengah yang hendak menuju Nguntoronadi atau pusat Kota Wonogiri.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Suara glodak-glodak terdengar nyaring dari Jembatan Balong yang dilintasi kendaraan, Kamis (13/2/2020) pagi. Jembatan yang terbuat dari kayu tersebut menghubungkan wilayah Batuwarno dengan Tirtomoyo, tepatnya di Dusun Sukosari, Desa Kudi, Batuwarno.
Dawet Pikul, Minuman Khas Dibal Boyolali yang Mulai Langka
Awalnya, jembatan tersebut dibuat dari empat besi berukuran 30 sentimeter yang memanjang sejauh 50 meter. Sedangkan tiang penyangganya terbuat dari batu sungai berbentuk bulat yang dicampur dengan gamping. Dua belas tugu yang membentengi pagar jembatan juga terbuat dari campuran batu sungai dan gamping.
Jembatan Balong dibangun penjajah Belanda pada 1918. Selain membangun jembatan, para penjajah juga membangun saluran irigasi. Di sebelah selatan jembatan terdapat empat alat pengatur debit air. Di bawah jembatan mengalir air dari aliran Sungai Wiroko menuju Kecamatan Baturetno dan Kecamatan Nguntoronadi.
4 Fakta Unik SMA N 7 Solo, Pernah Numpang di SMA N 3 Solo
Salah satu warga Sukosari, Sadimun, mengatakan semua besi jembatan, pagar, serta alat pengatur debit air di Jembatan Balong itu merupakan peninggalan Belanda. Dulu, tak banyak orang yang berani melintasi jembatan tersebut.
“Dulu hanya orang yang berani saja yang melintasi jembatan tersebut. Karena empat besi tersebut tidak menyatu, tetapi ada renggang jaraknya,” kata dia saat ditemui Solopos.com di Jembatan Balong.
Ajaib! Sopir Truk Tronton Terjun ke Sungai Selamat dari Maut Berkat Syahadat dan Al-Qur’an
Menurut Sadimun, Jembatan Balong ramai dilintasi pengendara lantaran menghemat waktu perjalanan dari arah selatan. Khususnya warga Kecamatan Batuwarno dan Kecamatan Karangtengah yang akan menuju ke Kecamatan Nguntoronadi atau Kota Wonogiri, daripada melintasi Kecamatan Baturetno dan sebaliknya.
Begitu juga dengan warga Desa Sumberagung dan Desa Ronggojati yang hendak menuju Kecamatan Tirtomoyo dan sebaliknya.
“Jembatan warisan Belanda yang dulunya hanya berupa besi dan masih rawan, kini jembatan tersebut dapat dijadikan jalur alternatif beberapa kendaraan. Meskipun kontruksi bangunannya berupa kayu balok dan besi dibawahnya sudah 100 tahun lebih,” kata Sadimun.