SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sepulang sekolah si bungsu menceritakan pengalaman ketika  kelasnya ditinggal guru. Karena kelas ramai, guru memarahi seluruh siswa, terus meninggalkan kelas. Ya, sang guru marah besar, ngambek, walk-out, dan tak mau mengajar. Guru baru mau mengajar kalau kelas sudah tenang. Ketua kelas mesti menghadap ke ruang guru untuk meminta maaf, kemudian barulah guru kembali ke kelas.

Cara meninggalkan kelas masih sering dipilih oleh guru untuk menuntut siswa duduk manis dan tenang mendengarkan pelajaran. Satu siswa yang ribut, seluruh isi kelas menerima akibat kemarahan guru. Kemarahan berantai yang ditebarkan oleh guru menjadi peringatan kepada seluruh siswa agar tidak melakukan keributan. Namun, menjadi catatan tersendiri bagi sebagian siswa untuk mengulanginya terus, memancing kemarahan, dan mengacaukan pelajaran, dengan harapan sang guru pergi dari kelas.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Sebagai guru, saya tidak memilih meninggalkan  kelas apapun situasinya. Ada satu keyakinan bahwa kehadiran guru di kelas mestinya untuk mengelola kelas demi tercapainya pelajaran. Situasi kelas yang ramai dan siswa tidak memperhatikan adalah tantangan bagi guru untuk mengelola kelas. Tak ada kelas yang benar-benar siap belajar, kecuali guru sendiri berusaha menciptakan suasana kelas agar mendukung proses pembelajaran. Meninggalkan kelas akan dimaknai lain yakni sebagai guru yang lembek, merajuk, bahkan hanya mau mengajar yang serba siap.

Akan tetapi, juga ada guru yang memang tidak niat atau tidak siap mengajar di suatu kelas, kesalahan murid bisa menjadi alasan untuk meledakkan kemarahan, lantas meninggalkan kelas begitu saja. Penyebab kemarahan mungkin bukanlah perbuatan siswa sesaat. Ada timbunan perasaan dan ingatan yang tidak enak terhadap kelas beberapa waktu sebelumnya. Tidak jarang, pengalaman banyak guru yang selalu saja merasa tidak nyaman ketika menjumpai murid model tertentu. Catatan seorang murid tentang gurunya ini kiranya menunjukkan betapa guru tak mudah keluar dari situasi diskriminatif. “Bu R sering memaksakan kemauannya, tidak murah senyum, sering marah-marah, sentimen sama murid yang tidak disukainya…”

Mengenai bentuk kemarahan-kemarahan guru selalu saja ada pemakluman bahwa guru juga manusia. Nah, yang menjadi persoalan adalah kemarahan guru seharusnya rasional dan bisa dipertanggungjawabkan secara kependidikan. Tidak elok kiranya dalam konteks pendidikan, ketika satu siswa yang salah lantas seluruh kelas dipukul rata diperlakukan sama. Siswa yang tidak menunjukkan minat belajar, sekadar mengacau, bahkan memancing emosi guru itulah yang dikelola tersendiri. Ada saatnya tanggung jawab bersifat kolektif, artinya sebagai tanggung jawab bersama, misalnya kebersihan kelas.  Namun, guru mestinya kritis mencermati siswa yang menunjukkan perilaku positif dan negatif.

Mengelola kelas kiranya menjadi salah satu keterampilan penting yang mestinya dimiliki guru. Mulai dari  kehadiran guru di kelas, memotivasi siswa, membangkitkan antusiasme belajar, menegur yang ribut, memberikan suasana belajar yang menggairahkan, atau menata alur pembelajaran adalah bentuk pengelolaan kelas. Para mahasiswa calon guru yang sedang praktek mengajar kiranya lebih penting belajar dan mengenal situasi sesungguhnya proses pembelajaran di kelas daripada disibukkan oleh urusan administrasi atau dokumen tertulis. Para guru pembimbing praktek mestinya memberikan kemungkinan itu untuk para mahasiswa.

Jika tujuan guru ke kelas demi menciptakan suasana pembelajaran yang menggembirakan bagi seluruh siswa, biang persoalannya saja yang mesti diatasi. Menimpakan kemarahan kepada semua siswa sama halnya menebarkan ketegangan, ketidaknyamanan, atau ketakutan kepada siswa yang sebenarnya bersungguh-sungguh di kelas. Akhirnya, terhadap situasi kelas yang ramai, saya akan mempersilakan siswa yang mau ramai untuk meninggalkan kelas. Jadi, bukan guru yang keluar kelas. Bukankah sebagian besar siswa masih membutuhkan guru untuk pembelajaran? ***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya