Kok anyep?

Baru kali ini Lady Cempluk merasakan melahirkan di rumah sakit besar di Kota Solo. Maklum, wong ndesa yang berdomisili di Karanganyar ini dulu hanya melahirkan di bidan desa setempat.

“Melahirkan di rumah sakit besar memang beda dengan di bidan desa ya, Pak?” kata Cempluk pada Jon Koplo, suaminya yang menemani di kamar setelah melahirkan. “Pagi-pagi sarapan sudah tersedia, bayinya sudah dimandikan oleh suster terus diantar ke kamar,” lanjut Lady Cempluk.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Saat keduanya asyik ngobrol sambil menimang sang baby, datang seorang suster bernama Gendhuk Nicole membawa mangkuk dan menaruhnya di meja tanpa mengucap sepatah kata pun, lalu keluar keluar lagi.

“Wah, sip tenan iki. Sarapan lengkap plus pisang ambon belum sempat dimakan, sudah datang es sirsat,” kata Cempluk sambil melihat isi mangkuk tersebut.

Setelah menyerahkan baby-nya kepada Jon Koplo, Cempluk mengambil mangkuk tersebut, menyendok isinya dan mak srupuuuttt… glek… seketika wajah Cempluk berubah.

“Rasanya kok anyep ya?” tanya Cempluk kaget.

“Ya iya lah, namanya juga es,” jawab Koplo.

“Maksudku… Coba lihat ini,” ujar Cempluk sambil mengangkat benda putih dari mangkuk itu dengan sendok.

Selagi keduanya ngematke apa yang ada di sendok itu ndilalah Suster Gendhuk Nicole datang. “Itu kapas, Bu. Nanti untuk membersihkan puting payudara. Kalau Ibu mau memberi ASI silakan dibersihkan dulu menggunakan kapas ini biar bersih dan steril,” terang Gendhuk Nicole.

“Ooo… kapas ta?” kata Cempluk dan Koplo kompak.

“Lho memang kenapa?” tanya Suster Nicole

“Saya kira es sirsat, tiwas tak minum,” jawab Cempluk polos.

Spontan mereka bertiga ngguyu kemekelen.

Is Ariyanto, Kartotiyasan RT 4/RW IV, Kratonan, Serengan, Solo