SOLOPOS.COM - Asmadi si penyelam tradisional yang memburu harta karun Sriwijaya, sedang memegang dayung kuno dengan latar belakang beragam koleksi kunonya, Sabtu (28/9/2019). (ANTARA/Aziz Munajar/19)

Solopos.com, PALEMBANG — Asmadi, seorang pemburu harta karun Sriwijaya yang tinggal di pinggiran Pulau Kemaro, Palembang, Sumatra Selatan, menyimpan ratusan koleksi peninggalan masa pra-Kerajaan Sriwijaya hingga masa Kolonial Belanda.

Rumah panggung milik Asmadi yang menghadap langsung ke Sungai Musi tersebut memang sudah dua tahun terakhir menjadi museum pribadi, tempat menyimpan koin-koin, gerabah, dayung kapal, hingga jimat berusia ratusan tahun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berbagai koleksi tersebut didapatkan Asmadi dengan menyelam langsung Sungai Musi di Kota Palembang sejak 2017. Ia tergolong penyelam muda jika dibandingkan penyelam lain di Pulau Kemaro yang telah menyelami Sungai Musi sejak puluhan tahun lalu.

Baca juga: Harta Karun Kerajaan Sriwijaya Ditemukan, Harganya Miliaran

Benda-benda terbanyak yang didapatkan penyelam tradisional Sungai Musi umumnya koin-koin China, kemudian gerabah, keramik, perhiasan, lembar mantra atau jimat, dayung kapal, dan senjata.

Untuk koleksi koin, Asmadi memperkirakan ada 8.000 koin lebih simpanannya. Koin-koin tersebut berasal dari masa Dinasti Tang, Yuan, Ming dan Qing yang sezaman dengan Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Darussalam pada abad ke 7 hingga 18.

“Pernah ada kolektor yang beli satu biji koin koleksi saya seharga Rp13 juta, memang koin itu sangat langka menurut si kolektor, tapi ada juga koin lain yang tidak dilirik,” jelas Asmadi beberapa waktu lalu, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (30/10/2021).

Baca juga: Kisah Pemburu Harta Karun Sriwijaya Bertaruh Nyawa Selami Sungai Musi

Sementara untuk koleksi gerabah, sebagian teridentifikasi merupakan tinggalan peradaban lokal pada abad ke-2 atau pra Kerajaan Sriwijaya dengan ciri-ciri tidak memiliki corak dan terbuat dari tanah merah, umumnya berbentuk kendi dan toples.

Untuk temuan keramik-keramik menurutnya banyak berasal dari China dengan ciri khas motif hewan serta warna yang kuat, umumnya berbentuk piring atau mangkok. Selebihnya Asmadi menyimpan sekitar enam batang dayung kapal masa Kerajaan Sriwijaya, berbagai jimat berbahan logam, beragam perhiasan emas dengan kadar hingga 24 karat dan fosil-fosil koin.

Peradaban Tiga Zaman

Rata-rata koleksi ditemukan di Wilayah 1 Ilir, 3 Ilir dan sekitar PT Pusri yang dahulu diyakini merupakan pusat peradaban tiga zaman, yakni Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang dan Kolonial Belanda.

“Untuk memastikan koleksi itu dari masa yang mana, saya menelitinya lewat katalog, lewat ilmu para senior, lewat teori-teori sejarah, dan lewat pengalaman saya sendiri,” kata Asmad yang juga anggota Komunitas Pecinta Antik Sriwijaya (Kompaks Palembang).

Baca juga: 72 Juta Warga RI Sudah Divaksin 2 Dosis Lengkap, Kamu Gimana Lur?

Asmadi yang lahir di Kota Palembang pada 7 Desember 1995 memiliki visi berbeda terhadap koleksi peninggalan tersebut. Ia ingin mengumpulkan semua koleksi harta karun Sriwijaya–begitu para penyelam menyebut semua hasil buruannya di Sungai Musi–lalu memajangnya di museum pribadi.

“Dengan demikian berbagai koleksi ini tak melulu dijual belikan, namun lebih-lebih harus menjadi sarana edukasi sejarah sekaligus daya tarik wisata,” kata dia yang juga lulusan sarjana strata satu STISIPOL Candradimuka Palembang tahun 2018. Asmadi mengambil program pendidikan administrasi negara.

Menyelami Sungai Musi bukan perkara gampang, kata Asmadi. Di dalam Sungai Musi jarak pandangnya 0 meter, sehingga dengan hanya mengandalkan peralatan seadanya saat menyelam, maka nyawa jadi taruhannya.

“Saya sudah sering berada pada keadaan antara hidup dan mati saat menyelam, sebab di dalam kami hanya meraba-raba dasar sungai, kami tidak tahu bahaya apa yang akan datang, itu sebabnya kami wajib membuat perkiraan sebelum menyelam,” ujar Asmadi.

Mengeruk Dasar Sungai

Berbekal kompresor dan selang oksigen Asmadi memberanikan diri masuk sampai ke dasar Sungai Musi pada pagi, siang atau bahkan malam hari. Sesampainya di dasar ia segera mengarahkan selang ke berbagai arah agar pasir atau tanah tersedot naik ke kapal, terkadang ia masih harus mengeruk-ngeruk dasar sungai agar probabilitas mendapat benda berharga semakin besar.

Bagi Asmadi besarnya risiko menyelam berbanding lurus dengan hasil yang didapatkan. Jika kurang beruntung memang kelompoknya hanya akan mendapatkan koin-koin kuno atau keramik kuno dengan harga jual tidak terlalu tinggi. Namun jika tengah beruntung kelompok selamnya bisa mendapatkan emas berbentuk perhiasan dari masa Kerajaan Sriwijaya dengan harga jutaan rupiah.

Baca juga: 205 Bendungan di Indonesia Dikosongkan Jelang Musim Penghujan, Kenapa?

Di Pulau Kemaro, Asmadi memang tidak sendiri, ada puluhan warga sekitarnya yang sehari-hari menyelami Sungai Musi demi mencari harta karun Sriwijaya, tetapi selama ini hasil temuan tersebut langsung dijual kepada kolektor, sedangkan Asmadi hanya menjual sebagian koleksinya.

“Untuk koleksi-koleksi China seperti koin dan keramik kebanyakan saya jual, tapi koleksi berbau lokal tidak pernah saya jual, sebab kalau yang lokal punya nilai lebih,” terang Asmadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya