SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Nama klub motor yang satu ini cukup menggelitik: Sumanto. Nama yang memang diadopsi dari manusia kanibal beken asal Purbalingga, Jawa Tengah. Bertolak belakang dengan sifat Sumanto, klub motor ini justru gencar kampanye berkendara aman atau safety riding.

Klub motor Sumanto awalnya didirikan oleh dua anak muda yang hobi nongkrong yaitu Andreas Pungky Maradona dan Mujiyanto. Sekitar 2002 mereka berdua, yang kebetulan sama-sama hobi utak-atik motor bertemu.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Saat itu Jogja sedang ngetren klub motor. Dan karena mereka hanya memiliki motor Honda Supra, maka mereka mencoba membentuk klub motor dengan nama Galaxy 4stroke Supra Club atau GL4SC. Mereka berhasil mengumpulkan anggota, dan membuat kegiatan walaupun hanya sekadar kumpul dan touring.

Kepada Harian Jogja, pekan lalu Pungky Maradona, 28, salah satu pendiri Sumanto menjelaskan jika pada awal-awal pembentukan klub, mereka juga mengalami pasang -surut. Hal tersebut dirasakannya ketika satu persatu anggotanya tidak aktif akibat kesibukan masing-masing, dan pada akhirnya berujung kevakuman.

Melihat kondisi ini, mereka berdua lantas tidak diam begitu saja. Di awal 2003, mereka kembali lagi mendirikan klub dengan nama baru, Supra Club Yogyakarta (SUCY).

Berbeda dari klub sebelumnya, dari klub SUCY ini mereka pun membuat sebuah sistem yang mampu mengikat anggotanya dengan lisensi legal dari Jogja Automotive Community (JAC). Dari sini, mereka merasakan kesolidan seluruh anggotanya, baik dalam setiap kegiatan otomotif yang ada di Jogja hingga pada tingkat nasional.

“Kami ingin memberikan wadah positif kepada seluruh rider supra,” ungkap Pungky Maradona, Selasa (25/10) di Sekretariat Sumanto, Jalan Harjuna WB 2 Nomor 579 Ketanggungan, Jogja.

Berbekal pengalaman sebelumnya, klub yang kian dewasa ini memiliki kesamaan visi dan misi sebagai bikers Supra Jogja, yaitu memasyarakatkan Supra dan men-suprakan masyarakat. Melalui klub SUCY, mereka mempunyai tujuan positif dan bermanfaat bagi masyarakat dan klubnya, di antaranya membina kerjasama dan gotong royong dalam kehidupan berlalu lintas dan dalam kehidupan bermasyarakat melalui bidang otomotif. Pungky menjelaskan jika klub mereka pun selalu menekankan pada safety riding kepada seluruh anggotanya.

Setelah berjalannya waktu SUCY remi bergabung dalam keanggotaan FSI, atau Federasi Supra Indonesia dan berganti nama menjadi Supra Mania Ngayogyokarto atau Sumanto pada 27 agustus 2005. Setelah pengukuhan tersebut, klub Sumanto pun menjadi salah satu klub motor Supra di Jogja yang resmi tergabung dalam wadah nasional bagi pecinta motor Supra yang tersebar di seluruh Indonesia.

Pungky yang juga pernah menjabat sebagai ketua Sumanto periode kedua dan keempat, menjelaskan jika klub Sumanto kini menjadi salah satu klub motor Supra yang terpantau langsung di tingkat nasional.

Etika berkendara di jalan menjadi hal utama yang harus diperhatikan demi membawa nama baik klub motor Supra.  Dengan tunggangan berjenis motor bebek ini, mereka kerap melakukan touring untuk menjaga silahturahmi setiap anggotanya baik dalam hingga ke luar Kota Jogja. Bahkan, tidak jarang pulau-pulau di luar Jawa juga menjadi area jelajah Klub Sumanto dalam touring-nya. Kini, tercatat lebih dari 70 anggota terdaftar di dalam Sumanto, dan 25 di antaranya merupakan anggota yang aktif.

Sanksi tegas
Lebih delapan tahun klub motor Sumanto atau Supra Mania Ngayogyokarto mengibarkan benderanya di wilayah Jogja dengan berbagai tantangan, di antaranya adalah tantangan untuk  menjaga nama baik klub.

Menjaga nama baik klub menjadi salah satu kewajiban yang harus ditanamkan di seluruh anggotanya. Terlebih aktifitas mereka yang selalu berkaitan dengan kendaraan, seluruh anggota klub Sumanto harus mematuhi tata tertib lalulintas di jalanan.

Hal tersebut diungkapkan oleh penasihat sekaligus Pendiri Klub Sumanto, Mujiyanto, 27,  yang mengharuskan seluruh anggotanya bersikap patuh lalu lintas di perjalanan, baik dalam bentuk kendaraan hingga sikap anggota di jalan.

“Pada kendaraan, anggota wajib melengkapi surat – surat kendaraan serta menggunakan motor secara aman, seperti ban standar, double spion, dan tanpa modifikasi yang membahayakan,” terang Mujiyanto.

Tak ketinggalan kelengkapan pakaian rider harus selalu digunakan apabila sedang berkendara, seperti jaket, helm SNI, sepatu  dan sarung tangan. Anggota pun juga ditekankan untuk sopan, dan tidak arogan di jalan. “Kami punya sanksi tegas kepada anggota yang melanggar aturan klub Sumanto,” kata Mujiyanto.

Mujiyanto menambahkan jika sanksi akan diberikan kepada anggotanya yang nakal, mulai dari keguran, hukuman push up di dalam pelanggaran ringan, atau bahkan sanksi tegas kepada anggotanya yang ketahuan membuat keributan di jalan.

Atas ketegasan klub Sumanto di dalam menerapkan kedisiplinan inilah maka tidak heran klub supra yang satu ini kerap mendapat dukungan dari kepolisian serta dealer Honda di Jogja.  “Kami tidak ingin anggota kami arogan di jalan. Itu bukan sikap rider sejati,” tandas Mujiyanto yang ikut mengawali terbentuknya klub Sumanto.

Ketegasan dalam aturan inilah yang membuat salah satu anggota klub Sumanto, Pradno Pratomo, 22, tertarik untuk bergabung ke dalam klub Sumanto pada 2009. Pradno melihat jika klub Sumanto sangat menghargai dan menganyomi seluruh anggotanya yang menjalankan visi misi klub atas dasar kedisiplinan berlalu lintas.(Wartawan Harian Jogja/Garth Antaqona)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya