SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Susilo Bambang Yudhoyono & Ani Yudhoyono (kabar24)

JAKARTA — Jika Susilo Bambang Yudhoyono atau Ani Yudhoyono sampai menjadi ketua umum Partai Demokrat, hal itu bisa menjadi bukti awal mula kehancuran partai berlambang mirip simbol Mercy itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sosiolog Universitas Nasional Nia Elvina menilai apabila Susilo Bambang Yudhoyono atau Ibu Ani Yudhoyono mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, dalam perspektif sosiologi, kondisi itu mencerminkan rendahnya kepercayaan di tubuh partai tersebut.

“Ini juga merupakan salah satu ciri suatu partai yang akan mengalami keruntuhan. Sebab, jika kepercayaan di antara kader partai sangat rendah, maka politik yang berkembang masif, dan politik konspiratif,” kata Nia, Rabu (27/3/2013).

Menurut dia, masyarakat juga akan mengenang SBY lebih mengutamakan partai, ketimbang concern mengurusi rakyatnya, yang masih banyak  berada dalam kondisi miskin.

Anggota Kelompok Peneliti Studi Perdesaan Universitas Indonesia ini mengatakan, utang atau janji kepada rakyat ketika kampanye dulu belum banyak terwujud, terutama program-program yang sangat mendasar bagi kemajuan bangsa, seperti reforma agraria.

Sebagai seorang presiden atau pemimpin Indonesia, kata Nia, seharusnya SBY konsentrasi penuh untuk kepentingan rakyat dan kemajuan bangsa.

Ketika SBY sudah terpilih menjadi Presiden 2004, lanjut Nia, peran dan statusnya sudah melampaui, tidak hanya sebagai seorang ketua umum Partai Demokrat. “Mestinya SBY sudah harus bisa menyuluhi dan mewujudkan kemauan rakyat yang tercantum dalam konstitusi kita dan Pancasila,” katanya.

Nia mempertanyakan, apakah SBY tidak tergugah hatinya ketika banyak sanjungan terhadap Presiden Venezuela Hugo Chavez – yang pada Selasa (5/3) meninggal – sebagai pemimpin pewaris pemikiran Presiden Soekarno yang sangat peduli pada kesejahteraan rakyatnya.

“Dan media massa internasional dengan lantangnya menyebut bahwa pewaris pemikiran Soekarno bukan orang Indonesia,” kata Sekretaris Program Sosiologi Unas itu.

Menurut dia, SBY harus melakukan refleksi, dan jangan terlalu mendengarkan sanjungan di sekitarnya, tetapi sering turun ke bawah melihat perkembangan rakyatnya. “Jika tidak, yang dikenang dari SBY nanti adalah pemimpin yang hanya memusatkan pada kepentingan golongannya sendiri,” tandas Nia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya