SOLOPOS.COM - BANGKAI SAPI--Sapi milik Wagiyo, warga Tegaldowo, Gemolong, dipersiapkan untuk dikubur dan dibakar oleh Tim Disnakkan Sragen beserta warga lantaran diduga terjangkit bakteri antraks, Senin (27/6) (foto kiri). Sementara sapi milik Suyat, warga Kalimacan, Kalijambe, yang terindikasi antraks, sempat disembelih dan akan dijual sebelum petugas Disnakkan menggagalkan rencana tersebut. (JIBI/SOLOPOS/Chrisna Chanis Cara)

Sragen (Solopos.com) – Teror bakteri antraks belum berhenti menyerang ternak di Kabupaten Sragen. Pada Senin (27/6/2011), dua kasus kematian sapi suspect antraks terjadi di Kecamatan Gemolong dan Kalijambe.

BANGKAI SAPI--Sapi milik Wagiyo, warga Tegaldowo, Gemolong, dipersiapkan untuk dikubur dan dibakar oleh Tim Disnakkan Sragen beserta warga lantaran diduga terjangkit bakteri antraks, Senin (27/6/2011). (JIBI/SOLOPOS/Chrisna Chanis Cara)

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala BBVet Wates, DIY, Ahmad Junaidi, mengaku telah menerima laporan kasus kematian sapi milik Wagiyo, 58, warga Tegaldowo, Gemolong serta Suyat, 70, warga Dawung, Kalimacan, Kalijambe. Dia langsung menerjunkan tim ke dua daerah tersebut dan mengambil sampel tanah dan organ sapi. “Secara klinis memang suspect antraks, tetapi harus dibuktikan melalui uji laboratorium dengan jangka waktu tiga sampai empat hari ke depan,” ujarnya saat dihubungi Espos.

Menurut dia, masih adanya kasus mati mendadak di Sragen setelah Disnakkan mencabut status KLB antraks di Sragen awal bulan ini, menunjukkan sebaran bakteri antraks harus tetap diwaspadai. “Secara otomatis perlakuan kasus ini harus kembali seperti saat status KLB meskipun tidak di-declare. Harus dilakukan langkah-langkah seperti penyemprotan dengan desinfektan, vaksinasi ternak serta pengetatan keluar masuk ternak di Sragen,” terangnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, sapi milik Suyat malah sempat dijagal dan akan dijual. Beruntung upaya itu bisa digagalkan petugas Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Sragen. Saat ditemui di kediamannya, Suyat mengaku tidak tahu jika sapinya terindikasi penyakit antraks. “Sejak saya kasih makan kulit pohung pada pagi hari, sapi saya mulai kejang-kejang lalu ambruk. Akhirnya saya memutuskan menyembelihnya mumpung belum mati. Waktu itu sekitar pukul 09.00 WIB,” terangnya.

Petugas Kesehatan Hewan (Keswan) Disnakkan, Suprapto, saat ditemui di Kalimacan, mengatakan sapi milik Suyat terindikasi kuat mengidap antraks. Hal tersebut dilihat dari anusnya yang merejan dan mengeluarkan darah, mulut berbusa serta kelenjar limpa yang membengkak. Di samping menangani sapi yang mati sesuai prosedur tetap (Protap), pihaknya memberi obat bagi warga yang terlanjut kontak dengan sapi tersebut. “Setidaknya ada lima warga yang kontak dengan sapi saat proses penyembelihan. Langsung kami beri obat untuk pencegahan.”

Sementara itu sapi milik Wagiyo ditemukan mati pada Selasa pukul 02.30 WIB. “Waktu itu saya terbangun setelah mendengar suara gaduh dari kandang. Ternyata sapi saya jadi hiperaktif, mancal-mancal kandang. Napasnya juga ngos-ngosan.” Suprapto yang juga menangani kasus tersebut menyatakan sapi milik Wagiyo mengarah ke antraks. Hal itu, jelas dia, terlihat dari mulutnya yang berbusa. “Namun pada anus tidak mengeluarkan darah,” tuturnya.

Kasus di Kalijambe dan Gemolong ini menunjukkan belum ada dua pekan telah terjadi tiga kasus kematian sapi mendadak di Kalijambe. Sebelumnya kasus itu menimpa sapi milik Sukat, 50, warga Banaran, Rabu (22/6). Hanya berselang empat hari, atau Minggu (26/6), kasus sapi mati mendadak menimpa sapi milik Heri Sosiawan, 43, warga Bendo, Donoyudan. Menurut hasil laboratorium BBVet, kasus di Banaran ternyata negatif antraks.

Sementara itu Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Sragen, Selasa (28/6/2011), memaksinasi ratusan ternak milik warga Dukuh Ngroto, Genengduwur, Gemolong serta warga Ngembatpadas, Gemolong. “Itu diberikan dua pekan berturut-turut setelah kasus ternak mati mendadak. Sesuai Protap, selang dua pekan sudah bisa dilakukan vaksinasi,” terang petugas Keswan Disnakkan Sragen, drH Agus Toto Tribuono.

m99/kur/ono

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya