SOLOPOS.COM - Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, mengoperasikan mesin panen padi di lahan pertanian di Desa Tumpukan, Karangdowo, Klaten, Senin (27/7/2015). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Pertanian Klaten, produksi padi surplus sehingga tak dibutuhkan impor beras.

Solopos.com, KLATEN – Produksi padi di Kabupaten Klaten dipastikan surplus. Angka surplus diperkirakan mencapai 135.000 ton beras selama 2017.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kasi Produksi Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Lilik Nugraharja, mengatakan produksi padi sepanjang 2017 di Klaten mencapai 429.604 ton gabah kering giling atau sekitar 275.000 ton. Total luas lahan panen tahun lalu sebanyak 74.000 ha.

Lilik menuturkan asumsi konsumsi beras di Klaten selama setahun yakni 125.000 ton dengan setiap orang diasumsikan mengonsumsi beras 90 kg/tahun. “Dari asumsi itu ditaksir surplus beras di Klaten 135.000 ton pada 2017. Itu perkiraan dari dinas. Untuk angka dari BPS belum muncul,” kata Lilik saat ditemui di DPKPP, Senin (29/1/2018).

Lilik mengatakan selama 2017, produksi beras relatif stabil meski di beberapa wilayah padi tergenang banjir. Keberadaan organisme pengganggu tanaman juga dipastikan bisa terkendali.

Soal luas tanam padi pada musim tanam pertama (MT1) atau periode Oktober 2017-Maret 2018, Lilik mengatakan pada Oktober 2017 luas tanam padi di Klaten 4.000an ha, November 2018 ada 4.000an ha, Desember 12.000 ha, serta Januari 2018 terdapat 5.400 ha. Panen raya diperkirakan pada Maret-April 2018.

Lilik mengatakan saat ini beberapa wilayah mulai panen. Dari hasil pantauan pekan lalu, harga gabah yang dibeli ke petani Rp4.200-Rp4.500/kg. Harga itu berdasarkan hasil pembelian di petani wilayah Kecamatan Delanggu.

“Itu pembelian oleh penebas. Artinya harganya melebihi HPP [harga pembelian pemerintah]. Kalau tidak salah untuk yang basah itu sekitar Rp3.800/kg,” ungkapnya.

Disinggung kebijakan pemerintah mengimpor beras, Lilik menilai untuk Klaten impor beras belum dibutuhkan. Hal itu menyusul angka produksi padi di Klaten yang melimpah.

“Dari hitungan, kebutuhan beras di Klaten cukup. Hanya, memang distribusi beras memang tidak merata. Karena ada petani yang memilih menyimpan beras hingga harganya bagus. Kalau menurut saya impor beras tidak perlu,” urai dia.

Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengatakan tak sepakat dengan rencana pemerintah pusat mengimpor beras. Dikhawatirkan, kebijakan itu justru merugikan petani yang akan memasuki masa panen raya pada Maret-April mendatang.

Mulyani mengatakan kondisi Klaten saat ini mengalami surplus beras. Lantaran hal itu, ia berharap tak ada persoalan tentang beras di Kabupaten Bersinar.

“Sekarang lagi ramai-ramai soal impor beras, kalau saya boleh menyatakan ya menolak. Harapan saya impor tidak diteruskan,” kata Mulyani saat menyampaikan sambutan dalam penyerahan klaim asuransi usaha tani padi di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Jumat (26/1/2018).

Soal stok beras, Kepala Bulog Subdivre Surakarta, Titov Agus Sabelia, memastikan stok beras di wilayah Subdivre Surakarta aman hingga April mendatang. Hanya, ia tak menyebutkan berapa banyak stok beras di wilayah Surakarta. “Stok beras masih sampail April tercukupi. Hari ini, kami masih bantu Jogja 1.000 ton dari Sragen. Jangan khawatir,” kata dia.

Soal serapan gabah petani, Titov mengatakan Bulog bersama TNI tetap melakukan program penyerapan gabah. Diperkirakan, pekan ketiga Februari, petani mulai memasuki masa panen. Bulog Subdivre Surakarta ditarget bisa menyerap gabah petani hingga 85.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya