SOLOPOS.COM - Kolom asap erupsi Merapi, Minggu (21/6/2020). (Twitter @BPPTKG)

Solopos.com, KLATEN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten menyusun protokol desa paseduluran untuk pengungsian Merapi yang disesuaikan dengan protokol kesehatan.

Hal itu dilakukan untuk antisipasi jika sewaktu-waktu harus dilakukan pengungsian warga Klaten ketika erupsi Gunung Merapi terjadi di tengah pandemi Covid-19.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Desa paseduluran dibentuk di Klaten untuk antisipasi gelombang pengungsian ketika level Gunung Merapi terus meningkat dan terjadi erupsi yang mengharuskan warga mengungsi.

Jalan Terjal Balon Perseorangan Bajo Ikuti Pilkada Solo 2020

Ekspedisi Mudik 2024

Saat ini, ada 13 desa asal yang berada di Kecamatan Kemalang dan 26 desa penerima terkait desa paseduluran pengungsian Merapi.

Desa penerima pengungsi Merapi tersebar di Kecamatan Prambanan, Karangnongko, Jogonalan, Ngawen, dan Kebonarum.

Sekretaris BPBD Klaten, Nur Tjahjono Suharto, mengatakan di tengah pandemi Covid-19, konsep desa paseduluran perlu disesuaikan dengan protokol kesehatan.

Gempa M 5,0 Guncang Barat Daya Pacitan Terasa Sampai Soloraya, Sempat Dikira Erupsi Merapi

Hal itu perlu dilakukan ketika ada pengungsian tak menimbulkan persoalan baru yakni terjadi penularan Covid-19 di selter pengungsian.

“Kami rencanakan membuat SOP atau semacam protal bila memang ada warga yang harus turun [diungsikan] ke desa paseduluran. Semua berbasis protokol kesehatan pencegahan Covid-19 di selter,” kata Nur saat berbincang dengan solopos.com, Minggu (21/6/2020).

Misalnya, ungkap dia, bagaimana penempatan orang di selter dengan melakukan physical distancing. Kemudian persiapan alat pengukur suhu, tempat cuci tangan menggunakan sabun dan lain-lain di lokasi pengungsian.

"Jadi [meskipun di pengungsian] semuanya berbasis protokol kesehatan," tambah dia.

Nur menjelaskan saat ini pembuatan protokol kesehatan pada konsep desa paseduluran itu masih dalam penyusunan.

Pendataan Kebutuhan

BPBD melalui Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan masih melakukan pendataan kebutuhan serta konsep protokol yang bakal diberlakukan di Desa Paseduluran selama masa pandemi Covid-19.

Nur menjelaskan saat ini belum ada warga di lereng Merapi yang diungsikan ketika terjadi erupsi lantaran status Merapi masih berada pada level waspada.

Awas Kecele, Objek Wisata di Klaten Masih Belum Dibuka

Pengungsian baru dilakukan ketika aktivitas Merapi semakin meningkat dan level dinaikan ke posisi siaga.

Selain menyiapkan protokol kesehatan pada konsep desa paseduluran, Nur mengatakan juga segera berkoordinasi dengan pemerintah desa terutama yang berada di daerah dekat dengan Gunung Merapi terkait ketersediaan masker.

Hal itu perlu dilakukan untuk antisipasi kebutuhan masker ketika ada erupsi yang berdampak terjadi hujan abu.

“Stok masker sebenarnya masih cukup. Namun, kami akan berkoordinasi lagi dengan pihak desa sejauh mana kecukupan masker. Karena letusan merapi tanpa diduga terjadinya,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya