SOLOPOS.COM - Badak jawa. (KSDAE)

Solopos.com, KLATEN — Berdasarkan catatan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), sebelum diburu habis, badak Jawa pada 1700-an menghuni sejumlah wilayah pegunungan daratan rendah di Pulau Jawa, salah satunya di daerah Ngawen, Klaten, Jawa Tengah.

Kala itu, populasi badak Jawa begitu banyak, bahkan disebut hama oleh pemerintah kolonial karena merusak pertanian/perkebunan. Pemerintah Belanda lantas membuat sayembara bagi mereka yang mampu membunuh badak dengan imbalan hadiah.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dalam kurun waktu yang singkat, ratusan badak mati di bawah moncong senapan dan jerat. Guru Besar IPB University dari Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, Prof Harini Muntasib, mengatakan perburuan menjadi momok bagi keberadaan badak Jawa.

Selain dianggap hama, pemburu juga mencari culanya. Ancaman dari manusia membuat badak Jawa kemudian masuk hutan yang lebih dalam hingga akhirnya yang tersisa hanya di Ujung Kulon. Sejarah keberadaan badak di Jawa ditandai dengan penamaan badak sebagai penunjuk arah atau tempat.

“Semua yang ada nama Cibadak itu dulu ada badaknya. Catatan yang pernah saya petakan itu terjauh daerah Ngawen. Ngawen itu setelah cari ada daerah sekitar Klaten sana. Apakah Ngawen itu Ngawi? Peneliti Belanda mungkin penulisan nama beda, jadi kira-kira sampai Jawa Tengah sampai Jawa Timur itu ada,” kata Harini, mengutip Kantor Berita Antara, Senin (29/4/2024).

Badak Jawa kini hanya dapat dijumpai di semenanjung Ujung Kulon, bahkan tak ada satupun kebun binatang di dunia yang memiliki koleksi mamalia ini. Padahal, hewan dengan nama latin Rhinoceros Sondaicus itu sempat mendiami sejumlah besar wilayah Asia Tenggara termasuk India.

Mencari habitat kedua di luar TNUK di Pulau Jawa tidaklah mudah. Faktor kepadatan penduduk dan aktifitas pembangunan yang demikian pesat merupakan pembatasan yang utama.

Suaka Margasatwa Cikepuh lingkungannya mirip dengan TNUK, akan tetapi karena kawasan tersebut merupakan areal latihan militer maka menjadi masalah untuk menjadi habitat kedua badak Jawa.

Usulan alternatifnya adalah memperluas JRSCA ke arah Cibiuk yang masih berada di Pulau Jawa dan mempersiapkan beberapa kawasan di luar Jawa di Sumatra dimana badak Jawa pernah hidup. Lokasi potensial di Sumatera itu antara lain TN Way Kambas, Berbak Sembilang, TN Bukit Tiga Puluh, dan Hutan restorasi ekosistem Harapan di Jambi.

“Peristiwa Tsunami Selat Sunda 2018 semakin menyadarkan kita bahwa pemindahan sebagian populasi Badak Jawa kehabitat lain di luar TNUK sangat penting untuk dilakukan,” tulis Widodo dan Hayani, Selasa (5/2/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya