SOLOPOS.COM - Ilustrasi macan tutul jawa. (Freepik)

Solopos.com, KLATEN — Sembilan tahun lalu, tepatnya pada 8 Juni 2013, warga Desa Bawukan, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten digegerkan dengan suara auman di lerang Gunung Merapi.

Solopos.com edisi Sabtu (8/6/2013) mengabarkan tentang suara auman macan yang terdengar di lereng Gunung Merapi pada Jumat (7/6/2013). Suara diduga auman macan itu membuat sejumlah warga Desa Bawukan, Kecamatan Kemalang, Klaten lari terbirit-birit saat sedang bekerja bakti menebang bambu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mereka berupaya menyelamatkan diri. “Warga ketakutan meski baru mendengar suara macan. Namun, tidak ada warga yang tahu persis wujud dari hewan itu,” terang Kepala Desa Bawukan yang saat itu dijabat oleh Sri Supadmi saat dihubungi Solopos.com melalui teleponnya pada Sabtu (8/6/2013).

Beberapa hari sebelumnya, kata Sri Supadmi, terdengar informasi ada warga yang sempat melihat seekor macan di tebing sungai perbatasan Desa Bawukan dan Desa Panggang. Dia mengakui keberadaan hewan buas tersebut membuat warga yang tinggal di perbatasan desa atau tak jauh dari tebing sungai menjadi waswas.

“Memang ada sejumlah warga yang tinggal di perbatasan. Berapa keluarga, saya juga belum tahu. Macan itu kan binatang buas, perasaan waswas atau khawatir pasti ada di benak warga,” ungkapnya.

Baca Juga : Klaten Hari Ini: 6 Juni 2013, Harimau Jawa Diduga Muncul di Kemalang

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten yang saat itu dijabat Joko Roekminto mendatangani warga Desa Bawukan, Sabtu. Ia mengaku sudah menerima laporan dari warga sekitar.

Menurut informasi warga yang diperolehnya lokasi penebangan bambu itu hanya berjarak sekitar 50 meter dari tebing sungai sehingga suara auman macan itu terdengar jelas. “Mendengar suara macan itu warga pontang panting menyelamatkan diri. Mereka tidak jadi kerja bakti menembang bambu,” ujarnya.

Joko mengimbau warga sekitar meningkatkan kewaspadaan. Dia berharap warga tidak memancing kemarahan hewan buas supaya tidak berulah di permukiman.

Dia menduga hewan buas tersebut kehabisan stok makanan di habitatnya sehingga memilih turun gunung. “Macan itu termasuk hewan yang dilindungi undang-undang karena hampir punah. Selama tidak menggangu ketentraman warga tentu tidak masalah. Namun jika sudah menyerang warga, kami bisa mengundang balai karantina untuk melumpuhkannya,” papar Joko.

Baca Juga : Heboh! Macan Dikabarkan Muncul di Permukiman Warga Banyumas

Di lain sisi, BPBD Klaten juga mengusulkan bantuan jaring, bibit buah talok, dan jambu kepada sejumlah desa yang lahan pertaniannya diserang kera dari lereng Gunung Merapi. Jaring tersebut dimaksudkan melindungi tanaman dari serangan kera.

Selain itu, bibit buah talok dan jambu bertujuan menyediakan makanan bagi binatang. “Proposal masih disusun warga. Kami belum tahu jumlah dana yang dibutuhkan. Kalau tidak menggunakan APBD Perubahan 2013, kami bisa menggunakan sisa dana bantuan untuk korban terdampak erupsi yang mencapai Rp100 juta.”

Konten Soloraya Hari Ini menyajikan berita peristiwa pada masa lalu yang menyita perhatian publik di Soloraya. Tujuannya tak lain supaya pembaca bisa mengambil pelajaran berharga dari setiap peristiwa di masa lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya