Solopos.com, JAKARTA — Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menjelaskan istilah garis keras yang dilontarkannya beberapa waktu lalu. Belum lama ini dia mengatakan bahwa Prabowo menang di daerah “garis keras”.
Melalui akun Twitternya, @mohmahfud, Rabu (1/5/2019), Mahfud menuliskan bahwa dirinya mengikuti kontroversi istilah garis keras atau hard liner. Menurut Mahfud, di dalam ilmu istilah hard liner diartikan sebagai sikap yang kokoh, tak mau kompromi dengan pandangan yang tidak sejalan dengan prinsip.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Penjelasan itu dikutip Mahfud MD dari beberapa literatur, namun dia minta maaf bagi yang berbeda pemahaman.
Arti garis keras di dlm literatur ” is an adjective describing a stance on an issue that is inflexible and not subject to compromise”. Arti ini tak bs dicabut krn sdh jd term dlm ilmu politik scr internasional. Tp bg yg salah memahami penggunaan istilah ini sy minta maaf.
— Mahfud MD (@mohmahfudmd) April 30, 2019
“Maksud saya mengajak rekonsiliasi, kok malah berpecah. Itu tidak bagus,” cuit Mahfud.
Lebih lanjut Mahfud mengatakan daripada dirinya dituding mau membelokkan isu dari kecurangan pemilu, maka dirinya tak memperpanjang polemik.
“Mari kita kawal saja bersama-sama proses pemilu ini karena jalannya masih panjang. Semua harus mendapat keadilan sesuai tuntutan demokrasi. Demokrasi harus selalu diimbangi hukum,” ujar Mahfud.
Di dlm term ilmu istilah hard liner diartikan, “sikap kokoh, tdk mau berkompromi dgn pandangan yg dianggapnya tdk sejalan dgn prinsipnya”. Itu tertulis di literatur2. Tp bagi yg beda paham sy minta maaf. Maksud sy mengajak rekonsiliasi, bersatu, kok malah berpecah. Itu tdk bagus.
— Mahfud MD (@mohmahfudmd) April 30, 2019
Seperti diberitakan sebelumnya, Mahfud membuat kehebohan di jagat Twitter setelah membahas titik kemenangan capres nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga.
Menurutnya, Prabowo-Sandiaga menang di sejumlah provinsi garis keras dalam hal agama. Pernyataan itu pun membuat kubu Badan Pemenangan Nasional merespons.
Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Dahnil Anzar Simanjuntak langsung membalas kicauan Mahfud tersebut. Dia menceritakan tentang asal usulnya dari ibu keturunan Aceh Tamiang, sedangkan ayahnya Batak.
“Saya pernah tinggal di Aceh, Sibolga, dan SMA di Banten. Semua itu daerah kemenangan 02, tetapi saya merasakan daerah itu mencintai Indonesia dan menghormati agama lain,” tulisnya dalam Twitter
Polemik pernyataan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut mulai ramai diperbincangkan di sejumlah lini masa media sosial setelah Said Didu mengomentari sebuah video yang dibagikan akun @syarif_alkadrie tentang pernyataan Mahfud MD pada 27 April 2019.
Mahfud mengatakan, melihat sebaran kemenangan para calon capres mengingatkan untuk segera sadar untuk melakukan rekonsiliasi. Pasalnya, Joko Widodo-Ma’ruf Amin berpeluang besar menang dan sulit dikejar dengan cara apapun.
“Kalau lihat sebarannya, di beberapa provinisi-provinsi agak panas, Pak Jokowi kalah. Itu diidentifikasi tempat-tempat kemenangan Pak Probowo itu adalah diidentifikasi dulunya dianggap sebagai provinsi garis keras dalam hal agama, misalnya Jawa Barat, Sumatra Barat, Aceh, dan sebagainya, Sulawesi Selatan juga,” jelas Mahfud.
Setelah pernyataan itu, Mahfud MD menegaskan pentingnya melakukan rekonsiliasi untuk menyadarkan bahwa bangsa Indonesia bersatu karena kesadaran akan keberagaman, serta menegaskan bahwa Tanah Air hanya akan maju jika bersatu.