SOLOPOS.COM - Ilustrasi aplikasi Wechat dan Tiktok di antara bendera Amerika Serikat dan China. (Reuters-Florence Lo)

Solopos.com, JAKARTA — Byte Dance Ltd. kemungkinan besar melewatkan tenggat waktu administrasi yang diberikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk penjualan operasiinal Tiktok di AS. Hampatan akuisisi Tiktok itu  antara lain dipicu perubahan peraturan di China yang mempersulit negosiasi dengan Microsoft Corp dan Oracle Corp selaku penawar.

Dikutip Bisnis.com dari Bloomberg, Kamis (10/9/2020), dalam pembicaraan awal dengan para pejabat China, Byte Dance telah diberitahu bahwa proposal apapun harus diajukan untuk mendapatkan persetujuan dengan informasi terperinci tentang masalah teknis dan keuangan. Peninjauan tersebut dinilai dapat memakan waktu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kendati begitu, para pejabat belum bersedia memberikan panduan khusus tentang kesepakatan seperti apa yang akan berhasil dalam akuisisi Tiktok di AS.

Ekspedisi Mudik 2024

Bosan Tawuran di Darat, Pemuda Kalibaru Jadikan Laut Arena Duel

Microsoft dan Oracle yang telah mengajukan penawaran sebelum peraturan baru China diberlakukan mengaku tertarik untuk membeli aplikasi video populer di AS itu. Kedua penawar itu bahkan telah meminta Byte Dance mendapatkan kejelasan sebanyak mungkin dari Beijing tentang peraturan baru.

Praturan terbaru China itu melarang ekspor teknologi kecerdasan buatan tertentu yang antara lain digunakan Tiktok. Adapun,para pihak terkait masih berlomba untuk mengajukan kesepakatan awal ke Gedung Putih sebelum batas waktu bulan ini. Padahal, tidak ada kesepakatan yang bisa diselesaikan sebelum penandatanganan dari China.

Tarik Diri

Mungkin juga Byte Dance menarik diri dari penjualan jika batas yang ditentukan tidak dapat memuaskan pemerintah, penawar, dan pemegang sahamnya sendiri. Kendati begitu, perwakilan dari perusahaan belum memberikan komentar.

Tak Hanya Yopie Latul, Para Selebritas Ini Juga Terbunuh Covid-19

Pendiri Byte Dance, Zhang Yiming, telah terperangkap dalam bentrokan antara dua kekuatan utama dunia, pemerintah AS dan China, dalam akuisisi Tiktok di AS. Pengusaha serial tersebut enggan melepaskan Tiktok A.S. sejak awal karena dia melihat bisnis tersebut sebagai pesaing jangka panjang yang layak bagi Facebook Inc. dan Google.

Dia berada di bawah tekanan untuk menyerahkan kendali ketika pemerintahan Trump yang telah mengatakan akan melarang aplikasi Tiktok tersebut di negeri yang ia pimpin. Selain itu, investor ventura sendiri mendesak penjualan untuk menyelamatkan beberapa nilai dari operasi.

Di lain pihak, pemerintahan Trump terpecah tentang apakah akan memberi Byte Dance lebih banyak waktu atau hanya melanjutkan larangan. Trump sendiri menyebut aplikasi tersebut sebagai risiko keamanan nasional sehingga mengeluarkan perintah eksekutif untuk melarang layanan tersebut bulan ini.

PNS di Sumsel Galang Dana & Rela Dinikahi demi Lunasi Utang

Trump juga menyetujui keputusan terpisah oleh Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS) untuk memaksa penjualan aplikasi itu pada pertengahan November 2020. Sementara itu, Byte Dance telah menggugat AS untuk memblokade larangan perintah eksekutif dengan alasan bahwa menghentikan bisnis tanpa pemberitahuan dan kesempatan yang adil untuk merespons akan menghilangkan hak proses hukumnya yang melanggar konstitusi.

Perusahaan yang berbasis di Beijing itu juga membantah bahwa aplikasinya mewakili ancaman keamanan dan mengatakan tidak ada data dari pengguna AS yang dibagikan dengan China. Dalam negosiasi awal tahun ini, Byte Dance telah berusaha untuk melakukan penjualan yang akan memungkinkannya mempertahankan minat substansial dalam operasi AS, tetapi pemerintahan Trump telah menolak gagasan itu.Zhang dinilai masih menginginkan bagian kecil dari operasi tersebut,

Namun, Microsoft dan mitranya Walmart Inc. menginginkan kepemilikan penuh atas bisnis tersebut. Sementara itu, sikap Oracle tidak jelas.

T-Rex, Raja Dinosaurus Tapi Tak Sekuat di Film Jurassic Park

Analis dan bankir memperkirakan bisnis Tiktok di AS bernilai setidaknya US$ 20 miliar, meskipun harganya akan sangat bervariasi tergantung pada apa yang disertakan dengan penjualan. Tanpa diskusi atau pengumuman publik apapun, China mem-posting pemberitahuan tentang pembatasan baru pada ekspor teknologi kecerdasan buatan, termasuk pengenalan ucapan dan teknik untuk mempersonalisasi konten.

Bijing Ingin Kuasa

Tujuan aturan tidak selalu untuk memblokade penjualan operasi AS, tetapi untuk memastikan Beijing terlibat secara aktif dan memperlambat prosesnya.

Sementara itu, algoritma Tiktok dinilai bukanlah masalah besar bagi para penawar. Baik Microsoft dan Oracle memiliki kemampuan teknis untuk membangun algoritma mereka sendiri dan akan mendapatkan data untuk menyempurnakannya.

Besarnya 3 Kali Big Ben, Asteroid FR 2010 Hampiri Bumi

Tim pengatur Byte Dance dan negosiator kesepakatan telah membahas apakah masih mungkin untuk melakukan penjualan. Selain itu, Zhang dinilai masih pada posisi yang kuat.

Byte Dance yang dimilikinya secara pribadi, menurut pelacak start up CB Insights, sudah bernilai US$140 miliar. Perusahaan itu juga disebutkan telah menghasilkan lebih dari US$ 3 miliar laba bersih dengan lebih dari US$ 17 miliar pendapatan pada 2019.

Di tengah pengawasan yang meningkat di AS, bankir telah mulai mendorong tim Zhang untuk go public di China atau Hong Kong. Apalagi permintaan penawaran umum perdana dari perusahaan teknologi di pasar melonjak. Zhang sendiri bersikukuh menghasilkan miliaran dolar tanpa peduli apa yang terjadi dengan Trump dan Tiktok AS.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya