Kisinan Lombok

Karena blangkemen, sore itu Jon Koplo dan Lady Cempluk, pasangan suami-istri yang tinggal di sebuah perumahan di Karanganyar ini muter-muter Kota Karanganyar untuk mencari gorengan.

Sesampai di rumah, pasutri ini segera melahap menu favorit mereka, yakni tempe mendoan, bakwan dan tahu susur. Sayangnya ada yang kurang. Berhubung harga lombok mahal, rupanya si pedagang hanya memberi sedikit lombok. Tentu saja bagi Lady Cempluk yang maniak lombok ini kecewa berat, baru makan tempa satu, lomboknya sudah ludes.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

“Mbok coba sampean minta Pak RT. Di kebunnya kan banyak lombok,” rengek Cempluk.

Meski berat hati, tapi demi sang istri, Koplo pun melangkah ke rumah Pak RT Tom Gembus. Tapi karena gengsi kalau harus nembung, Koplo pun punya niat langsung ke kebun yang  tidak berpagar itu untuk melaksanakan aksinya. Ndilalah suasana sore itu memang sepi, maklum baru saja turun hujan.

“Mosok njikuk lombok sithik ndadak nembung,“ batin Koplo sambil membawa sak gegem lombok.

Tapi baru beberapa langkah mau keluar, tiba-tiba ia gabrusan sama Tom Gembus! Wajah Koplo merah padam, tangannya ngewel sambil memegang lombok yang baru saja dipetiknya.

“Dari mana Pak Jon? Tumben sore-sore jalan-lalan di kebun?” sapa Tom Gembus.

“Nyuwun pangapunten, Pak RT, saya tadi minta lombok sedikit buat mbok wedok he-he…” jawab Koplo klincutan.

“Oh, mangga, silakan, ndak papa. Kebetulan saya juga disuruh mbok wedok ambil lombok buat nyambel,” kata Tom Gembus.

“Mangga Pak RT, saya pulang dulu. Terima kasih lomboknya lho,” ucap Koplo sambil buru-buru pulang membawa rasa malu yang tidak ketulungan.

Sri Yatno, Perumahan Puri Kahuripan Blok G-12 RT 002/RW 008 Jati, Jaten, Karanganyar 57731