SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JOGJAWawan Setiawan, 48, warga Kota Jogja, tetap semangat mengayuh becak, meski hanya memiliki satu kaki. Wawan tidak mau memanfaatkan kekurangan fisiknya untuk mendapatkan penghasilan. Bagi Wawan, kekurangan bukan halangan untuk tetap berkarya.

Dalam video tayangan Hitam Putih Trans 7, Rabu (14/8/2019), Wawan Setiawan menceritakan kesehariannya sebagai pengayuh becak. Dia memang telah bekerja sebagai penarik becak sebelum kehilangan kaki kanannya. Pada 2014 lalu, dia mengalami kecelakaan yang membuatnya kehilangan satu kakinya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kisah pahit kehidupan Wawan Setiawan dimulai ketika dia berjalan kaki dari Kota Jogja ke rumahnya di Magelang, Jawa Tengah. Dia tergelincir ke lubang bekas pembakaran sampah hingga tak sadarkan diri. Dia kemudian dilarikan ke rumah sakit oleh warga sekitar karena kakinya terluka cukup parah.

Kaki Wawan Setiawan yang terluka lama-kelamaan menjadi infeksi. Keterbatasan ekonomi membuat Wawan Setiawan tidak punya kesempatan untuk mengobatkan kakinya. Sampai suatu saat, Wawan Setiawan bertemu dengan rombongan sedekah. Rombongan tersebut menawarkan pengobatan gratis kepadanya.

Rombongan sedekah bertanya soal kaki saya. Kaki saya sakit. Mereka ingin memberi pengobatan gratis. Ya saya mau,” ucap Wawan Setiawan.

Saat diperiksa, dokter yang menangani Wawan Setiawan menyarankan kakinya diamputasi. Kaki kanan Wawan Setiawan yang terinfeksi akan berdampak serius untuk tubuhnya jika tidak dipotong. Akhirnya, Wawan Setiawan harus rela kehilangan kaki kanannya.

Kini, Wawan Setiawan hidup sebatang kara dan tidak punya rumah. Dia tinggal di becak setelah rumahnya dijual sang adik untuk merantau. Dia mengandalkan uang hasil menarik becak untuk menyambung hidup.

Rumah saya dijual adik saya. Uangnya dipakai merantau ke Sumatra Selatan,” ungkap Wawan Setiawan.

Dalam sehari, kadang Wawan Setiawan bisa mengantongi uang Rp30.000 hingga Rp100.000 dari hasil menarik becak. Tapi, penghasilan yang didapatnya tidak tetap. Pengasilannya semakin menurun karena banyaknya angkot dan ojek.

Jumlah penghasilan yang minim membuat Wawan Setiawan enggan menyewa indekos. Wawan Setiawan biasanya mandi di kamar mandi masjid atau toilet umum.

Rugi kalau sewa indekos. Saya kan tinggal sendiri. Kalau mandi, pakai kamar mandi masjid. Kadang juga bayar Rp2.000 kalau mandi di toilet umum,” tutur Wawan Setiawan. (Atina Firdausa Qisthi/Solopos.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya