SOLOPOS.COM - Warga berjaga saat air menggenangi wilayah Perumahan Bhayangkara, Plumbungan, Karangmalang, Sragen, Jumat (12/2/2021) malam. (Istimewa/dok. Kelurahan Plumbungan)

Solopos.com, SRAGEN — Banjir akibat luapan air Bengawan Solo yang melanda tiga kecamatan di Kabupaten Sragen mengganggu aktivitas warga yang kebanjiran maupun memiliki sawah di lokasi banjir.

Pada Sabtu (13/2/2021), mereka hanya bisa melihat air yang menenggelamkan hamparan padi yang siap panen. Beberapa petani Sragen hanya bisa mengelus dada karena padi mereka yang siap panen kebanjiran.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Beberapa petani mengikat batang pohon padi yang ambruk setelah tergenang air. Genangan air di jalan-jalan kampung itu terjadi di Dukuh Newung, Sembukan, dan Tambak, di wilayah Desa Sribit, Sidoharjo, Sragen.

Baca juga: Dor! Warga Klaten Penuh Luka Diberondong 6 Kali Tembakan Airsoft Gun

Ekspedisi Mudik 2024

Genangan air juga ditemukan di wilayah Dukuh Pojok dan Ngelo, di Desa Pandak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen.

Salah seorang warga Sragen yang merasakan dampak kebanjiran adalah Suyati, 58, warga Ngelo RT 002, Desa Pandak, Sidoharjo. Siang itu dia menuntun sepeda mininya. Setengah sak gabah dari sawah diboncengkan di angsang sepeda belakang dengan diikat ban bekas.

Suyati berjalan kaki melewati genangan air mulai dari perempatan Pandak menuju rumahnya di Ngelo. Jarak perempatan sampai rumahnya sekitar 2 km. Ia berjalan perlahan-lahan hingga tiba di Ngelo.

Baca juga: Pantas Pada Betah! Ternyata Solo Kota Paling Nyaman di Indonesia

Air Setinggi Lutut

“Iya, pelan-pelan yang penting sampai. Sepanjang jalan tergenang sejauh 2 km. Tadi di dekat jembatan kedalaman airnya di atas lutut orang dewasa. Ini terhitung sudah surut, tadi pagi lebih dalam lagi,” kata Suyati saat ditemui Solopos.com di Ngelo, Sabtu.

Warga Sragen itu sudah terbiasa kebanjiran disebabkan luapan Bengawan Solo karena rumahnya berada di bantaran Bengawan Solo. Pekan lalu saat Bengawan Solo meluap air juga menggenang jalan. Genangan air di jalan itu bagi Suyati sudah terbiasa.

“Sudah lama air hanya di jalan saja. Setelah 2007 air luapan Bengawan Solo tak lagi masuk rumah. Dulu, 2007 meja kursi di rumah ikut berenang karena kebanjiran hampir 1 meter. Saya pun mengungsi ke Balai Desa Jambanan,” katanya.

Baca juga: Jejak Kisruh Keraton Solo: Dimulai 2004, Muncul Raja Kembar, Kini Kisah Putri Terkunci

Diberitakan sebelumnya, bencana banjir dan tanah longsor terjadi saat hujan dengan intensitas tinggi mengguyur di wilayah Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Jumat (12/2/2021) malam hingga Sabtu dini hari.

Tiga kecamatan di Sragen yang kebanjiran, yakni Kecamatan Karangmalang, Kalijambe, dan Miri dengan 59 rumah yang terdampak. Sementara tanah longsor sempat menutup jalan Girimargo-Brojol, Miri.

Baca juga: Flyover Purwosari Resmi Dibuka Jadi Kenangan Terindah untuk Wali Kota Solo

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen Sugeng Priyono saat dihubungi Solopos.com, Sabtu pagi, menyampaikan tim satuan tugas (satgas) BPBD Sragen tidak tidur semalaman lantaran memantau perkembangan bencana alam di sejumlah kecamatan.

Banjir dilaporkan pada Jumat malam dan baru terkondisi pada Sabtu pukul 04.30 WIB. “Hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Sragen mulai pukul 14.00 WIB. Hujan dengan durasi lama itu mengakibatkan genangan air di sejumlah wilayah,” ujar Sugeng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya