SOLOPOS.COM - Jarno, 37, warga Kebon Dalem, RT 003/RW 005, Jumantoro, Jumapolo, Karanganyar, tengah mengecek koloni lebah yang dia gembalakan. (Solopos-Candra Mantovani)

Solopos.com, KARANGANYAR -- Jarno, 37, warga di Kebon Dalem, RT 003/RW 005, Jumantoro, Jumapolo, Karanganyar, dua tahun terakhir menekuni profesi menggembala lebah untuk diambil madunya.

Awalnya, dia prihatin banyak madu campuran dan palsu yang dijual di pasaran. Jarno pun mengaku menjadi salah satu korban dari peredaran madu tak asli di pasaran.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Awal mula terjun ke dunia usaha ini karena dulu itu saya kecewa dan prihatin. Banyak madu yang dikonsumsi itu tidak murni. Saya jadi korbannya juga. Padahal penggunaan madu itu kan untuk kesehatan. Kalau tidak murni efeknya tidak akan maksimal. Makanya saya mencoba menggembala sendiri dan menyadap madunya sendiri,” ungkap dia ketika berbincang dengan di rumahnya, Kamis (16/1/2020).

Saat itu, Jarno sibuk mengecek koloni lebah madu yang dia gembala di belakang rumahnya. Beberapa hari sebelumnya dia sudah memanen madu yang dihasilkan koloni lebah madu tersebut sehingga dia harus mengembalikan kembali koloni-koloni tersebut.

Jarno bercerita pengalaman kecewa mengonsumsi madu palsu tersebut mendorongnya mencoba untuk menggembala lebah madu sendiri untuk menghasilkan madu berkualitas tinggi dan murni.

Jarno pun kemudian menggembala sekitar 50 koloni lebah madu berjenis lokal dan klanceng lantaran modal untuk mendapatkan lebah tersebut tinggal mengambil di alam dan kemudian diadopsi di dalam kotak kayu berongga.

Dia mengaku tak mudah untuk menghasilkan madu berkualitas karena harus memperhatikan lingkungan sekitar. Pasalnya, madu asli harus dihasilkan dari lebah yang mengambil sari bunga asli dan bukan dari gula atau glukosa buatan.

“Saya harus buat taman bunga mini juga di sekitar koloni. Jadi nektar dan serbuk bunga asli yang diambil. Karena kebanyakan kalau ekosistemnya tidak terbentuk banyak lebah yang diberikan gula dan glukosa buatan. Hasilnya madunya tidak murni. Efek kesehatannya juga tidak maksimal. Sampai saat ini saya juga masih mencoba membentuk ekosistem pendukungnya agar hasilnya maksimal,” imbuh dia.

Dari 50 koloni lebah yang dia gembala sekitar dua bulan selama musim bunga hanya bisa menghasilkan sekitar 5 liter madu murni.

Madu-madu tersebut dijual paling murah Rp40.000 untuk 100 mililiter hingga Rp400.000 untuk satu kilogram madu. Lantaran terbatas, Jarno memilih memasarkan madu tersebut melalui media online.

“Saya juga kadang ikut pameran untuk menunjukkan madu asli yang murni dan berkualitas tinggi. Karena banyak sekali warga yang tidak tahu bagaimana secara spesifik membedakannya karena memang susah,” kata dia.

SAR Karanganyar Musnahkan 50 Sarang Tawon Vespa, Mayoritas Berukuran Jumbo

Jarno memiliki impian suatu hari bisa membuat tempat wisata edukasi berbasis peternakan lebah madu yang bisa dikunjungi masyarakat.

“Saya masih punya mimpi untuk bisa mengedukasi warga melalui wisata. Nanti ada taman bunga untuk ekosistem lebah madu dan masyarakat bisa mengunjungi untuk belajar bagaimana proses madu dari awal sampai dipanen dan membedakan yang asli dan palsu. Tapi memang kendala tempat dan dukungan masih belum terealisasi sampai sekarang,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya