SOLOPOS.COM - Salah satu warga Dukuh Bugel, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat mengayuh sepeda gerobak jualan es puter, Minggu (14/8/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warga di wilayah Desa Krakitan, Kecamatan Bayat banyak yang merantau ke berbagai daerah di Tanah Air di era 1970-an hingga 1990-an. Hal itu tak terkecuali bagi warga Dukuh Bugel di desa setempat.

Mayoritas warga merantau untuk bekerja menjadi pedagang es puter, es krim tradisional yang sering disebut dengan nama es tung-tung atau es dong-dong.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Hampir 60 persen warga dukuh tersebut disebut-sebut mantan perantau jualan es krim. Dari hasil jualan es krim tradisional, warga Bugel mampu menyekolahkan anak mereka hingga ke jenjang perguruan tinggi dan menjadi pejabat.

Salah satu warga Dukuh Bugel, Asim Sulistyo, menjelaskan tren warga Bugel merantau terjadi sejak era 1970-an. Alasan warga merantau lantaran mereka tak memiliki sawah.

Ekspedisi Mudik 2024

“Warga yang kebanyakan tidak punya tanah digarap mencari pekerjaan dengan merantau. Hampir 60 persen warga itu merantau,” kata Asim saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (15/8/2022).

Baca Juga: Sambut HUT RI! 77 Merah Putih Berkibar di Omah Bendera Krakitan Klaten

Asim menjelaskan kala itu mayoritas pekerjaan warga terutama dari Dukuh Bugel di perantauan sebagai pedagang es puter keliling. Warga berbondong-bondong merantau mengikuti jejak warga yang sebelumnya merantau dan berjualan sebagai pedagang es puter keliling.

Daerah perantauan menyebar ke kota-kota besar di wilayah Pulau Jawa, seperti Surabaya, Semarang, Jakarta, serta Bandung.

Hasil dari jualan es puter digunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga mereka yang ada di kampung halaman. Hal itu termasuk membiayai pendidikan anak-anak mereka.

Dari hasil jualan es puter itu, banyak orang yang mampu menyekolahkan anak mereka hingga ke jenjang perguruan tinggi.

Baca Juga: Sambut HUT RI! 77 Merah Putih Berkibar di Omah Bendera Krakitan Klaten

“Ada yang akhirnya jadi pegawai bank serta dosen ya dari jualan es tung-tung ini. Pakde saya itu dulunya jualan [es puter] di Jakarta dan anaknya menjadi pegawai semua,” jelas Asim.

Ada pula warga Bugel yang menjabat sebagai bupati. Adalah almarhum Samirin, Bupati Sleman periode 1985-1990 berasal dari Dukuh Bugel, Desa Krakitan.

“Almarhum Pak Samirin itu dulu dirawat kakaknya dari jualan es puter,” kata Asim.

Asim menjelaskan tren merantau menjadi pedagang es krim itu mulai memudar. Salah satunya tak ada anak dari pedagang es puter yang meneruskan usaha bapak mereka berjualan es puter di perantauan. Tren yang terjadi yakni rata-rata keturunan para pedagang es krim menggeluti usaha di bidang perkayuan.

Baca Juga: Unik, Sambut Hari Lahir Pancasila Masyarakat di Klaten Kirab Tumpeng

“Sekarang banyak yang menjadi tukang kayu di rumah. Ada yang pasarnya sampai ekspor,” jelas dia.

Kepala Desa (Kades) Krakitan, Nurdin, mengatakan dulunya banyak warganya, termasuk di wilayah Dukuh Bugel jualan es puter di tanah perantauan. Hal itu dilakukan warga dari getok tular setelah mengetahui kesuksesan warga yang sebelumnya merantau dan berjualan es puter.

“Saya itu kelahiran 1980-an. Sejak saya kecil sudah banyak yang merantau. Tetapi pada era 2000-an ke sini banyak yang pulang kampung,” kata Nurdin.

Nurdin menjelaskan ada yang melanjutkan jualan es puter di kampung halaman. Ada pula yang pensiun lantaran faktor usia.

Baca Juga: Libur Lebaran, Begini Kondisi Taman Nyi Ageng Rakit Rawa Jombor Klaten

Nurdin membenarkan dari hasil jualan es puter, warga Bugel mampu menyekolahkan anak atau adik mereka hingga ke jenjang perguruan tinggi.

“Ada yang menjadi bupati, pejabat di tingkat provinsi, anggota DPR juga. Rata-rata dari keluarga yang pernah menjadi pedagang es puter,” kata dia.

Salah satu mantan pedagang es puter asal Bugel, Mujino, 52, mengatakan selama 17 tahun dia berjualan es krim. Awalnya, dia mengikuti saudaranya yang lebih dahulu jualan es puter di tanah perantauan. Dia pernah berjualan di Subang, Tangerang, Jakarta, serta Surabaya.



“Saat musim kemarau merantau jualan es krim, saat musim hujan kerja proyek,” kata Mujino.

Baca Juga: Byur! Peserta Lomba Meniti Bambu di Kalijaran Klaten Tercebur di Sungai

Dari hasil jualan es puter digunakan menghidupi keluarganya. Selain itu, untuk membiayai pendidikan kedua anaknya.

“Anak saya yang pertama lulusan Uniba dan saat ini sudah bekerja. Satu lagi masih sekolah,” kata Mujino.

Mujino pensiun dari jualan es puter sejak tiga tahun terakhir. Selain faktor usia, dia beralasan saat ini es puter sudah memiliki banyak pesaing dengan bermunculannya es krim pabrikan selain warga saat ini sudah memiliki kulkas.

“Sekarang kulkas banyak, di mana-mana. Sekarang saya kerja proyek,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya