SOLOPOS.COM - Ketua RW Klitren Lor, Kelitren, Gondokusuman menunjukan buah pisang langka yang tumbuh dari batang yang sudah dipotong dan membusuk selama 1,5 bulan. (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Kisah unik ini dari pohon pisang yang berbuah meski sudah mati

Harianjogja.com, JOGJA-Warga Kampung Klitren Lor, Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman digegerkan dengan keanehan batang pohon pisang yang berbuah di dalam ruangan. Adapun batang pohon pisang itu sudah dipotong bagian akar dan daunnya, bahkan beberapa bagian batang sudah membusuk.

Promosi Bukan Mission Impossible, Garuda!

“Ketahuannya dua minggu lalu tumbuh jantung dari ujung batang pisang, sekarang ada pisangnya tiga sisir,” kata Ketua RW 05 Klitren Lor, Suryanto alias Mamik.

Menurut Mamik, batang pisang sepanjang sekitar 2,5 meter itu sudah 1,5 bulan lalu tergeletak di atas panggung di dalam ruang Balai RW setempat. Batang pisang itu digunakan sebagai alas wayang setiap kali pentas wayang dari Paguyuban Seni Karawitan dan Pedalangan Budaya Aji Klitren. Saking seringnya pentas, batang pisang tersebut beberapa bagian sudah membusuk.

Dua pekan lalu, warga hendak mengganti batang pisang tersebut karena sudah busuk, niat itu urung dilaksanakan karena warga melihat ada jantung yang tumbuh dari ujung batang pisang. Warga pun membiarkannya. Semakin hari, tumbuh pisang, hingga saat ini pisang tersebut menjadi tiga sisir.

Mamik mengatakan warga setempat pun sepakat membiarkan batang pisang tersebut dipanggung, namun tetap masih digunakan sebagai alas wayang ketika pentas karena merupakan kejadian langka. Sebaba, biasanya batang pisang yang sudah ditebang langsung membusuk setelah tiga hari. Sementara batang pisang di Paguyuban Budaya Aji sudah 1,5 bulan masih bisa tumbuh buah pisang.

Untuk menjaga pisang tersebut, warga sekitar memberi batas agar tidak ada yang menyentuhnya. Beberapa tulisan larangan menyentuh juga ditempel di sekitar pisang aneh tersebut.

Mamik meyakini pisang tersebut dapat dijadikan sebagai simbol Paguyuban Budaya Aji. Meskipun anggota paguyuban terkesan urak-urakan, namun masih memiliki hati dan keinginan kuat untuk mempertahankan seni karawitan dan pedalangan di Klitren Lor. “jadi warga akan tetap merawatnya,” ujar Mamik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya