SOLOPOS.COM - Wisma Majlis Taklim Hidayatullah di Kota Saklatiga, Rabu (15/6/2016). (Imam Yuda S./JIBI/Semarangpos.com)

Kisah unik kali ini datang dari Salatiga, kota tempat tempat ibadah seperti kelenteng rutin dijadikan tempat peribadatan kaum muslim.

Semarangpos.com, SALATIGA – Pada umumnya sebuah kelenteng digunakan sebagai peribadatan bagi umat Tri Dharma. Namun tidak dengan bangunan yang terletak di Jl Abiyasa, Dukuh Krajan RT 009/RW 001, Kelurahan Krajan, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Meski berbentuk kelenteng, bangunan seluas 800 m2 itu digunakan sebagai peribadatan umat muslim. Bahkan pada bulan Ramadan seperti sekarang ini, bangunan yang diberi nama Wisma Majlis Taklim Hidayatullah itu acap kali digunakan untuk pengajian menjelang buka puasa maupun tarawih.

Pengurus Wisma Majlis Taklim Hidayatullah, Hidayatulloh, mengaku memang ada unsur kesengajaan membangunan peribadatan umat Islam itu mirip kelenteng. Mulai dari cat yang berwarna merah yang merupakan ciri khas kelenteng, hingga pernak-pernik lampion dan ukiran-ukiran naga, tersaji di bangunan itu. Meski demikian, yang membedakan bangunan ini dengan kelenteng lainnya, yakni adanya kubah masjid di bagian atas bangunan itu.

“Kebetulan yang membangun masjid ini merupakan warga keturunan Tionghoa. Jadi dia ingin menggabungkan antara budaya Tionghoa dengan Islam. Makanya, dia bangun tempat beribadah bagi umat Islam ini menyerupai sebuah kelenteng,” ujar Hidayatulloh saat disambangi Semarangpos.com di Wisma Majlis Taklim Hidayatullah, Rabu (15/6/2016).

Hidayatulloh membeberkan peribadatan umat Muslim yang menyerupai kelenteng ini didirikan oleh mendiang Yusuf Hidayatullah pada 2005 lalu. Saat itu,Yusuf baru saja pulang dari Tanah Suci setelah menjalankan ibadah haji.

“Kebetulan di sisi barat rumahnya ada lahan kosong. Sejak lama, beliau memang ingin membangun tempat ibadah, tapi bingung bentuk bangunannya seperti apa. Setelah pulang dari Tanah Suci, baru terpikirkan kalau bentuk bangunannya seperti ini [menyerupai kelenteng],” beber Hidayatulloh.

Meski berbentuk kelenteng, umat muslim di sekitar bangunan itu tidak merasa risi. Mereka tetap menjadikan bangunan itu sebagai tempat beribadah secara rutin.

Bahkan, tak hanya saat bulan puasa. Pada hari-hari biasa, Wisma Majlis Taklim Hidayatulloh selalu dikunjungi para umat Muslim yang ingin menjalankan salat lima waktu.

“Di sini kami juga menyediakan kamar-kamar yang setiap harinya ditempati para santri dari mahasiswa UIN Salatiga. Para santri itu biasanya mengajar pengajian kepada warga-warga di sekitar sini,” imbuh Hidayatulloh.

Kemajemukan
Istri Hidayatulloh, Juwariyah, mengaku adanya peribadatan umat muslim berbentuk kelenteng itu seakan menjadi simbol kemajemukan masyarakat yang ada di daerah itu. “Bangunan ini juga menjadi simbol, bahwa di sini hubungan umat Islam dengan etnis Tionghoa yang mayoritas memeluk agama lain berjalan secara harmonis. Bangunan ini juga menjadi identitas umat muslim dari etnis Tionghoa yang ada di sini,” tutur perempuan yang akrab disapa Juju itu.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya