SOLOPOS.COM - Mbah Gotho, 146, berjalan di rumahnya di Dukuh Segeran RT 018/RW 008, Desa Cemeng, Sambungmacan, Sragen, Sabtu (27/8/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Kisah unik kembali datang dari Mbah Gotho, pria berusia 146 tahun.

Solopos.com, SRAGEN — Mbah Gotho, pria asal Cemeng, Sambungmacan Sragen merupakan salah satu manusia tertua di dunia. Usianya, 146 tahun. Pria bernama asli Sodimedjo ini lahir pada 31 Desember tahun 1870.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Catatan Solopos.com, salah satu manusia tertua di dunia Susannah Mushatt Jones, meninggal dunia dalam usia 116 tahun di Kota New York, Amerika Serikat. Berita meninggalnya Susannah dilaporkan oleh sebuah kelompok riset, Kamis (12/5/2016).

Solopos.com, pada tahun 2014 pernah mengabarkan kondisi Mbah Gotho pria yang mempunyai empat istri ini. Saat itu Mbah Gotho berusia 144 tahun. Dua tahun berlalu bagaimana kondisi Mbah Gotho?

Ekspedisi Mudik 2024

Solopos.com, Sabtu (27/8/2016) ke kediaman Mbah Gotho, di usianya yang mencapai 146 tahun, Mbah Gotho tak pernah meninggalkan hobi merokok. Lekuk-lekuk tulang kepala, tubuh, paru-paru, hingga tangan terlihat jelas. Seolah hanya kulit keriput berwarna cokelat tua yang membalut tulang-tulang itu.

Baca Juga:
Mbah Gotho di Usia 144 Tahun
Sodimejo Sragen Manusia Tertua pada usia 140 tahun
5 Nama Manusia Tertua Di Dunia

Dengan bertelanjang dada, Mbah Gotho berjalan dengan berpegangan daun pintu dan kusen. Setelah bersusah payah berjalan, ia pun berhasil sampai di kursi lawas di teras dapur milik cucunya, Suryanto. 46.

Mbah Gotho lebih suka tidur di dapur daripada tidur di dalam rumah Suryanto karena lebih mudah membuka pintu. Rumah yang dihuni Mbah Gotho itu terletak di Dukuh Segeran RT 018/RW 008, Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Sragen.

Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi indera Gotho mulai menurun. Solopos.com masih ingat ketika Badan Pusat Statistik (BPS) menyurvei Mbah Gotho saat sensus penduduk 2010. Saat itu Mbah Gotho masih kuat mencangkul.

Kini, tenaganya berkurang. Untuk berjalan 10 meter saja ngos-ngosan. Pendengaran dan penglihatannya pun berkurang. Air tampak di mata Gotho yang menciut itu. Kendati kondisinya terus menurun, Gotho tak pernah mengeluh masuk angin apalagi sakit.

Sekarang Gotho tak bisa makan, minum, dan mandi sendiri. Ketiga kebutuhan hidupnya itu selalu dibantu cucunya yang mengurus. Kendati demikian daya ingatnya masih kuat. Ia ingat peristiwa menyelamatkan putri Wedana Gondang saat tenggelam di sumur, puluhan taun silam. Perempuan itu bisa siuman setelah diolesi minuman yang dibawanya.

“Setelah beberapa hari saya dicari-cari Wedana Gondang hingga akhirnya ketemu di cembrengan Pabrik Mojo. Saya diajak pulang ke Gondang dan sempat mapir di Toko Mas Bagong. Saya dibelikan jam tangan dan dinikahkan dengan putri Wedana Gondang. Saat resepsi nanggap wayang,” kisahnya.

Gotho memiliki empat istri resmi namun hanya memiliki tiga anak. Semua istri dan anaknya sudah mendahuluinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya