SOLOPOS.COM - Kepala Dusun Kasuran Wetan, Muhammad Noor Shidiq, menunjukkan kasur busa di rumahnya, Jumat (4/7/2014)/ (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Harianjogja.com, SLEMAN- Warga di Dusun Kasuran Wetan, Desa Margomulyo, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman memiliki kebiasaan unik yakni tidak mau menggunakan kasur berbahan kapas untuk tidur.

Warga percaya, jika menggunakan kasur berbahan kapas, maka mereka akan sakit. Hal itu diungkapkan Muhammad Noor Shidiq, Kepala Dusun Kasuran Wetan, Desa Margomulyo, saat ditemui Harianjogja.com di rumahnya, Jumat (4/7/2014) siang.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Pria kelahiran 1952 ini mulai mencoba membuka memorinya. Akhirnya ditemukanlah di balik serpihan ingatan otaknya ada tiga bukti kejadian di Kasuran Wetan yang pernah disaksikan terkait mitos ini. Sedangkan di kasuran Kulon belum pernah ditelusuri pembuktiannya.

Kejadian pertama terjadi pada 1971, dialami seorang petugas KUA Seyegan yang baru bermukim di Dusun Kasuran Wetan. Meyakini harus menghilangkan kasur di dalam tempat tinggalnya lantaran mendapatkan ketidaknyamanan selama menghuni rumah baru.

Kedua, yaitu seorang anggota Brimob Polda DIY yang baru pindah dari Jakarta pada 1983 mengalami hal yang sama dengan petugas KUA itu. Akhirnya seluruh kasur yang dibawa pun tidak disimpan di dalam rumah. “Kebetulan yang anggota polisi sudah pensiun, namanya Pak Prawoto dan Ibu Makiyem, orangnya masih sugeng tapi sudah tua,” ungkap Shidiq.

Kejadian ketiga tergolong baru yakni pada tahun 2012 silam. Rukiyah, warga setempat menderita sakit selama setahun. Berbagai upaya pengobatan dilakukan tapi gagal. Tapi setelah keluarga mengecek kasur springbed yang digunakan berisi kapas, maka mitos disertai sugesti itu kembali muncul. K

eluarga pun membakar kasur itu. Tak butuh wakyu lama, Rukiyah yang sempat tidak bisa buang air besar selama dua bulan akhirnya sembuh.

Kepercayaan itu masih dilakukan oleh Nur Hidayati, 46, warga setempat. Wanita asli Magelang, Jawa Tengah ini pun turut meyakini mitos itu meski ia warga pendatang.

Keluarganya pun sampai saat ini belum berani menggunakan kasur berbahan kapas. “Belum berani pakai, sudah dari zaman dulu seperti ini,” ujarnya saat ditemui di halaman rumahnya.

Terlepas dari mitos, tapi warga sudah berupaya secara maksimal untuk berfikir secara logis. Termasuk merencanakan untuk melakukan ruwatan yang diharapkan warga dapat menggunakan berbagai jenis kasur.

“Dalam waktu dekat ini kami akan ruwatan, seperti di Desa Margoluwih itu ada pantangan juga tapi setelah diruwat, 80% warga sudah bisa mengatasi kepercayaan itu,” ujar Shidiq.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya