SOLOPOS.COM - Pawang ular dari Semarangker, Slamet Wisnu Aji, menunjukan ular hasil tangkapannya di markas Semarangker, Jl. Lamper Tengah, Semarang, Rabu (21/3/2018). (Imam Yuda S./JIBI/Semarangpos.com)

Kisah unik kali ini berasal dari seorang pawang ular di Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG – Munculnya ular di permukiman warga Kota Semarang saat musim peralihan atau pancaroba bukanlah fenomena yang baru. Pada 2016 lalu, warga Semarang bahkan sempat digegerkan dengan kemunculan belasan bintang melata itu di kawasan Pekunden yang lokasinya tak jauh dari Simpang Lima.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Tahun ini, kemunculan ular di permukiman warga Semarang kembali terjadi. Seekor ular jenis piton dengan panjang mencapai 2,5 meter muncul di permukiman warga di kawasan Wonodri, Selasa (20/3/2018).

Saat muncul ular itu, ada satu orang yang biasa dipercaya aparat kepolisian untuk mengatasi. Dia adalah Slamet Wisnu Aji dari komunitas Semarangker.

Pria yang akrab disapa Lek Met itu mengaku sudah sejak 2007 lalu gemar memburu ular. Namun, intensitas aktivitas memburu ular itu semakin meningkat saat dirinya bergabung dengan Komunitas Pencinta Alam dan Satwa Semarang (Kapas).

“Dia komunitas itu saya jadi lebih paham bagaimana menangani ular baik yang berbisa maupun tidak. Dulu sih awalnya cuma karena suka saja dengan ular,” ujar Slamet saat dijumpai Semarangpos.com di markas Semarangker, Jl. Lamper Tengah, Semarang, Rabu (21/3/2018).

Slamet mengatakan selama berburu ular di Semarang dirinya sudah menangkap ratusan ekor. Bahkan, ia pernah menangkap 16 ekor ular dalam jangka waktu dua malam di kawasan Gedung Batu, Semarang.

“Itu terjadi tahun 2017 kemarin. Saya sama teman-teman sengaja stand by di lokasi untuk menangkap semua ular itu,” ujar Slamet.

Selain menangkap 16 ekor ular dalam waktu dua malam, pengalaman lainnya yang berkesan adalah saat menangkap ular jenis piton di depan kompleks Akpol Semarang, 2015 lalu.

“Panjang ularnya saat itu mencapai 5 meter. Ularnya merayap di jalan depan Akpol. Untungnya, saat itu dini hari sekitar pukul 01.00 WIB, jadi tidak membuat kemacetan,” cerita Lek Met.

Pawang ular dari Semarangker, Slamet Wisnu Aji, menunjukan ular hasil tangkapannya di markas Semarangker, Jl. Lamper Tengah, Semarang, Rabu (21/3/2018). (Imam Yuda S./JIBI/Semarangpos.com)

Pawang ular dari Semarangker, Slamet Wisnu Aji, menunjukan ular hasil tangkapannya di markas Semarangker, Jl. Lamper Tengah, Semarang, Rabu (21/3/2018). (Imam Yuda S./JIBI/Semarangpos.com)

Lek Met menyebutkan setidaknya ada dua wilayah di Semarang yang menjadi langganan kemunculan ular saat musim pancaroba. Lokasi itu di sekitar Perumahan Bukit Kencana dan kawasan Bukit Semarang Baru (BSB).

“Di daerah itu soalnya banyak semak belukar. Sehingga, menjadi lokasi yang asyik untuk ular bersarang. Saat musim hujan mereka bersarang dan mulai bermuculan pada musim peralihan,” terang Slamet.

Slamet mengaku tidak memiliki kesaktian apa pun untuk menangkap ular. Ia hanya berbekal pengetahuan dan kewaspadaan untuk menjadi pawang ular.

“Kalau mau menangkap ular biasanya saya bawa karung dan juga grap stick. Selain itu juga pakai sepatu boots untuk menghindari gigitan ular berbisa. Kalau yang piton cukup mainkan ekornya biar lelah, setelah itu ikat mulutnya dengan plester,” beber Lek Met.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya