SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, KLATEN</strong> — Daryanto, 58, meniti tangga besi untuk membasahi kaca bus PO <em>Pahala Kencana</em> di Terminal Ir. Soekarno, Kelurahan Buntalan, Kecamatan Klaten Tengah, <a title="Cerita Warga Klaten Sempat Mengira Erupsi Merapi Sebagai Suara Pesawat" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180512/493/915792/cerita-warga-klaten-sempat-mengira-erupsi-merapi-sebagai-suara-pesawat">Klaten</a>, Jumat (18/5/2018) pagi.</p><p>Telapak tangan dan kakinya mulai keriput setelah berjam-jam kebasahan. Sementara kaus dan celana kolornya yang sempat basah kuyup mulai mengering terpanggang panas matahari.</p><p>Ia berpindah ke bagian dalam bus setelah seluruh bagian kaca depan bus basah sembari menunggu kering. Berbagai sudut termasuk di bawah kursi penumpang hingga tangga ia sisir untuk mengecek tak ada lagi kotoran yang tertinggal.</p><p>Ia kembali menyiapkan kain keringnya mengelap kaca bagian dalam bus antarkota antarprovinsi (AKAP) itu. Daryanto kembali keluar bus dan mengelap bodi sisi samping hingga mengkilap.</p><p>Daryanto merupakan salah satu tukang cuci bus di Terminal Ir. Soekarno <a title="Belum Difungsikan, Plafon Basement Menara Masjid Agung Klaten Jebol" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180509/493/915275/belum-difungsikan-plafon-basement-menara-masjid-agung-klaten-jebol">Klaten</a>. Pagi itu, ada sekitar enam tukang cuci bus lainnya yang sibuk mengguyur air serta mengelap bodi bus AKAP yang terparkir di sisi timur terminal.</p><p>Di antara aktivitas tukang cuci bus, awak bus tidur di bagasi atau memanfaatkan jasa tukang pijat keliling untuk sekadar mengendurkan otot. Sejak 2002, Daryanto menjadi tukang cuci bus saat terminal masih berada di Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara.</p><p>Ia pun sudah terbiasa basah kuyup sejak pukul 07.00 WIB ketika memulai aktivitas mencuci berbagai jenis bus AKAP. &ldquo;Agar tetap bisa mencuci kondisi tubuh dijaga. Saya biasanya minum jamu, dua telur bebek mentah setiap hari,&rdquo; kata Daryanto.</p><p>Untuk membersihkan satu bus, Daryanto tak sendiri. Ia memiliki kelompok yang terdiri dari enam orang. Sesekali, Daryanto mengajak anaknya bernama Andi, 17, ikut bekerja.</p><p>Soal lama waktu membuat bus kembali kinclong, tergantung kondisi bus. &ldquo;Kalau musim kemarau seperti ini cepat. Satu bus itu selesai dibersihkan sekitar 1,5 jam. Kalau musim hujan itu berat. Sudah kehujanan, kotorannya banyak. Butuh waktu lama untuk membersihkan,&rdquo; kata pria yang memiliki enam anak dan dua cucu itu.</p><p>Menjelang musim mudik Lebaran, Daryanto kewalahan. Banyaknya order mencuci bus kerap membuat Daryanto bersama teman-temannya bekerja hingga larut malam.</p><p>&ldquo;Dulu itu pernah mencuci sampai pukul 03.00 WIB. Kalau seperti itu biasanya H-7 Lebaran. Rasanya badan pegal-pegal semua,&rdquo; kata Daryanto.</p><p>Dari jasanya, Saban hari Daryanto mendapat total pendapatan sekitar Rp90.000 setelah dipotong biaya pembelian air dari paguyuban senilai Rp5.000.</p><p>&ldquo;Saya juga masih jualan setelah selesai di terminal. Inginnya itu ya berhenti. Tetapi, saya tidak mau membebani anak-anak jika tidak memiliki penghasilan,&rdquo; kata pria yang juga membuka usaha warung angkringan di Desa Semangkak, Kecamatan <a title="Rp780 Juta untuk Sambang Warga di Klaten, Panwaslu Ingatkan Bupati Netral" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180505/493/914494/rp780-juta-untuk-sambang-warga-di-klaten-panwaslu-ingatkan-bupati-netral">Klaten </a>&nbsp;Tengah, itu.</p><p>Tukang cuci bus lainnya, Agus, 28, belum ada setahun menjadi tukang cuci bus di terminal. Alasan pria itu memilih menjadi tukang cuci bus lantaran tak ada pekerjaan lain.</p><p>&ldquo;Ya suka dukanya itu kalau panas kepanasan kalau hujan ya kehujanan. Kalau penghasilan itu setiap hari ya adalah Rp50.000. Hasilnya bisa untuk beli susu anak,&rdquo; kata pria asal Kecamatan Kalikotes tersebut.</p><p>Salah satu awak bus PO Murni Jaya, Sudiro, 53, mengatakan keberadaan tukang cuci bus sangat membantu lantaran para awak bus bisa memanfaatkan waktu untuk beristirahat. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk jasa cuci yakni Rp50.000 sebanding dengan bersihnya kondisi bus.</p><p>&ldquo;Kalau kami sendiri yang harus membersihkan ya tidak jadi istirahat,&rdquo; kata pria asal Tegal tersebut.</p><p><br /><br /></p>

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya