SOLOPOS.COM - Pasangan suami istri asal Mojosongo, Solo, Sadiman-Darmi, berfoto bersama di teras rumahnya, Kamis (3/7/2014). (Eni Widiastuti/JIBI/Koran O)

Solopos.com, SOLO — Penyakit sering kali mengubah perjalanan hidup seseorang. Hal itulah yang dialami Darmi, 65, warga Mojosongo, Solo yang terbiasa berjalan puluhan kilometer untuk berdagang, naun kini tak mampu berjalan karena penyakit yang diidapnya.

Sejak usia 15 tahun, Darmi sudah bekerja. Ia memilih mengikuti jejak ibundanya yang berjualan aneka bahan makanan dengan berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya. Barang yang dijual antara lain aneka sayuran dan bumbu dapur.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Setiap harinya, Darmi berbelanja di Pasar Legi Solo lalu menjajakan barang dagangannya dengan melewati ruas-ruas jalan di Kota Solo. Ia berjalan kaki sambil membawa barang dagangan yang diletakkan di suatu wadah lalu digendong di punggungnya.

Jalan sepanjang puluhan kilometer pun biasa ia tempuh setiap harinya. “Kadang barang dagangan habis, kadang masih tersisa,” ujarnya saat ditemui Koran O (Jaringan Informasi Bisnis Indonesia/JIBI) di kediamannya, Kamis (3/7/2014).

Ketika berumur 16 tahun, terangnya, Darmi menikah dengan Sadiman. Setelah menikah, Darmi pun masih melanjutkan pekerjaan berdagang dengan berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya.

Menurutnya, hasil dari pekerjaannya itu bisa membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun ketika Darmi dikaruniai anak ketiga, ia memilih berhenti berjualan keliling. “Karena anaknya sudah tiga masih kecil-kecil, saya harus momong,” jelasnya.

Meski demikian, ungkapnya, bukan berarti Darmi sudah tak kerja sama sekali. Ia tetap melakukan beberapa pekerjaan seperti menanam padi di sawah, mencari kayu di hutan lalu mengangkutnya ke rumah dengan berjalan kaki dan melakukan pekerjaaan lainnya.

Namun kehidupan Darmi berubah total sejak tujuh tahun lalu. Saat itu, Darmi yang biasanya kuat berjalan puluhan kilometer, tiba-tiba merasakan telapak kakinya sakit sehingga tidak bisa berjalan jauh. Ketika diperiksakan ke dokter, secara medis dokter mengatakan tulang kaki Darmi keropos sehingga tidak kuat untuk berjalan.

Berbagai cara pengobatan pun Darmi tempuh demi menyembuhkan rasa sakitnya. Tak hanya ke dokter, Darmi juga telah mencoba berobat ke pakar pengobatan alternatif di banyak tempat. Nyatanya, hingga kini, Darmi belum bisa berjalan normal seperti sebelumnya.

Ia mengungkapkan ketika digunakan untuk berjalan, bagian tubuh dari daerah panggul hingga telapak kaki terasa sakit. Namun terkadang, ia memaksakan diri untuk berjalan dan hanya kuat sekitar lima meter.

Jika dipaksa tetap berjalan, Darmi merasa tubuhnya lemas lalu jatuh. “Jadi saya jalan sebentar harus segera duduk untuk istirahat. Kalau tidak pasti jatuh,” katanya.

Tak jarang ketika di rumah, ungkapnya, ia menuju ke suatu tempat dengan cara merangkak. Hal itu terkadang membuatnya sedih dan menangis. “Saya kadang meratapi nasib kok sekarang hidup saya seperti ini. Padahal dulu ke mana-mana jalan kaki kuat,” katanya.

Melihat kondisi istrinya demikian, Sadiman pun kini banyak melakukan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan Darmi. Hampir setiap hari, Sadiman yang menyapu rumah, menyiapkan bahan makanan yang akan dimasak, menaruh piring kotor di tempat cuci piring dan lainnya. “Masa mau dibiarkan kotor,” ujar Sadiman.

Baginya, tak masalah ketika sekarang harus menggantikan beberapa peran istri. Hal itu menjadi wujud kesetiaannya kepada sang istri. “Pagi hari biasanya pakne sudah mulai menyiapkan kayu untuk memasak, saya yang menunggui. Kalau mencuci piring, pakne yang menaruh piring di tempat cucian, saya yang mencuci. Nanti kalau sudah bersih, pakne yang memindah piring itu,” terang Darmi.

Sadiman mengungkapkan apa yang dialami istrinya saat ini, pernah ia alami ketika masih kecil. Saat ia berumur sekitar lima tahun, Sadiman pernah sakit hingga tak bisa berjalan selama satu bulan. Oleh karena itu ketika saat ini istrinya susah ketika berjalan, ia bisa merasakan bagaimana perjuangan istrinya.

Tak hanya kaki Darmi yang sakit, ia juga telah divonis dokter memiliki kadar gula tinggi dalam tubuhnya, tekanan darahnya pun kerap meninggi. Kadar gula dalam tubuh Darmi pernah mencapai angka 500. Sedangkan tensi darah Darmi pernah mencapai 190.

Kehidupan manusia memang ibarat roda yang berputar. Manusia pun harus selalu ikhlas menjalani roda kehidupan yang telah digariskan oleh-Nya. Keikhlasan itulah yang harus dilalui Darmi yang kisah hidupnya dimuat dalam rubrik Lelakon di Koran O edisi Jumat (4/7/2014) ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya