SOLOPOS.COM - Rumana Ahmed (Twitter)

Kisah tragis kali ini tentang seorang muslimah yang menjadi staf Gedung Putih mengundurkan diri lantaran tak tahan dengan Trump.

Solopos.com, WASHINGTON DC – Rumana Ahmed, seorang muslimah keturunan Bangladesh yang bekerja sebagai staf Gedung Putih, Amerika Serikat (AS), memutuskan mengundurkan diri. Hal itu dilakukan lantaran ia tidak nyaman dengan larangan pembatasan imigran yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

Sebenarnya, nama Rumana sudah tak asing lagi bagi penghuni Gedung Putih. Ia telah bekerja di sana sejak 2011, silam. Pada masa pemerintahan Barack Obama, ia sempat dipromosikan bekerja di Dewan Keamanan Nasional AS. Sejak saat itu, ia menjadi bagian dari tim penasihat Obama. Namun, sejak Trump terpilih, kariernya mulai berubah.

“Pada 23 Januari 2017 aku pergi ke Gedung Eisenhower untuk bertemu pegawai baru. Saat itu, mereka melihat dengan tatapan dingin ke arahku, seolah terkejut dengan kedatanganku,” tutur Rumana seperti dikabarkan Firstpost, Senin (27/2/2017).

Pada awalnya, Rumana mencoba bertahan menjalani pekerjaannya. Namun lama kelamaan, ia merasa tidak tahan dengan kebijakan pembatasan imigran yang dikeluarkan Trump. Ia hanya bekerja selama delapan hari setelah Trump dilantik.

“Aku tidak bisa bertahan di Gedung Putih karena pemerintah melihatku bukan sebagai warga negara, tetapi ancaman. Aku akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatanku,” kata Rumana.

Rumana mengaku tidak pernah bermimpi bisa bekerja di Gedung Putih, karena statusnya sebagai muslim. Namun, kehidupannya berubah sejak melihat orasi Obama yang berbicara mengenai harapan dan perubahan dalam kampanye pemilihan presiden pada 2008.

Rumana kemudian mendaftarkan diri sebagai pekerja magang di kantor korespondensi presiden, Juli 2009. Tak lama setelah itu, ia dipromosikan menjadi staf urusan publik dalam program Champions of Change yang berkaitan dengan kehidupan warga AS.

Saat itu, Rumana mengaku amat menyukai pekerjaan tersebut. Sebab, ia memiliki tujuan mempersatukan warga AS dalam keberagaman. Kini, ia harus mengubur impian itu dalam-dalam karena tidak tahan dengan kebijakan Trump.

“Ini mungkin merupakan keputusan terbaik. Aku tidak ingin kehadiranku mengganggu banyak orang dan dianggap sebagai ancaman,” tegas Rumana. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya